Renungan Harian – Senin, 16 Maret 2020

March 16, 2020
renungan harian katolik
SENIN
(Ungu)
16 Maret
2 Raja 5:1-15
Mazmur 42:2-3; 43:3-4
Lukas 4:24-30
(24) Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. (25) Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. (26) Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. (27) Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” (28) Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. (29) Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. (30) Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
PENURUT DAN RENDAH HATI
“Pergilah Naaman dengan gusar hati…” — 2 Raja 5:11
“Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang ada di rumah ibadat itu” — Lukas 4: 28
ADA KESAMAAN sikap hati Naaman dan orang-orang Nazatret yang ada di tempat ibadat mereka. Sabda nubuat mereka tolak dengan marah dan sombong hati. Nasib keduanya , baik Naaman dan orang-orang di Nazaret sama, yakni mereka akan memperoleh penyembuhan tetapi tak terjadi. Kedekatan fisik atau hadir di dekat-Nya sama sekali tidaklah cukup. Sikap sombong dan gusar hati sangat menghalangi orang-orang di Nazaret untuk menerima berkat dari Tuhan. Demikian juga Naaman, seandainya dia benar-benar jadi terus pergi dari mukjizat penyembuhan yang hampir terjadi, ia tentu kehilangan berkat penyembuhan yang ia cari dan rindukan.
Dan kita, kita bisa saja seperti Naaman. Kita tepat pada tebing menerima penyembuhan atau berkat karunia, yang kita doakan dan harapkan. Kalau demikian halnya, inilah saat yang tepat untuk memohon Tuhan agar Tuhan berkenan memberi kita hati yang patuh dan penurut dan hati yang sederhana. Dan apa yang dituju dan diharapkan oleh Iblis, ialah agar kita tidak demikian melainkan tinggi dan sombong hati (1 Yoh 2:16).
Upama saja anda sudah berketetapan untuk ber-rekonsiliasi dengan pasangan atau saudara anda, tetapi anda teringat akan sakit hati anda, anda akan tergoda untuk mundur atau menunda.
Contoh lagi, sewaktu memeriksakan kesehatan, di Rumah Sakit, sang dokter meminta anda untuk merubah pola hidup dan pola makan anda; dan ini akan membuat tubuh anda sehat serta menambah usia lebih panjang lagi, tetapi anda merasa terusik, dan tak setuju. Akhirnya nasehat dokter anda abaikan. Lagi! Berkat kesejahteraan sudah di muka pintu, tetapi anda lebih asyik dengan diri anda sendiri. Berkatpun lalu pergi. Anda rugi sendiri serta menanggung akibat ketidak setiaan anda.Tentu masih banyak lagi contoh-contoh seperti itu.
Dalam hal ini ingat akan nasihat Rasul Yakobus, “setiap orang hendaknya cepat mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk untuk marah” ( Yak 1: 19). Juga Rasul Petrus menambah , “Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya” (1 Ptr 5:6).
DOA : Gantilah hatiku yang sombong dengan kasih-Mu ya Tuhan. Berilah aku hati yang penurut dan sederhana.
JANJI : “Sekarang aku tahu , bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel” 2 Raja 5: 15
PUJIAN : Dalam ‘sharing’ bersama dalam kelompok PD Paroki, Regina berkisah. Sudah lama berkeinginan menyambut Sakramen Tobat. Tetapi ia terus menunda . Setelah berdoa kepada Roh Kudus, ia bertekad untuk berhenti menunda menyambutnya. Ia merasa ‘plong’.