Renungan Harian – Jumat, 24 April 2020

April 24, 2020
renungan harian katolik
JUM’AT
(Putih)
24 April
Kisah pr Rasul 5: 34-52
Mazmur 27: 1,413-14
Yohanes 6: 1-15
(1) Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. (2) Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. (3) Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. (4) Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. (5) Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” (6) Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. (7) Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” (8) Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: (9) Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini? (10) Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. (11) Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. (12) Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” (13) Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. (14) Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.” (15) Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
TAK TAKUT JADI SAKSI KRISTUS
“Rasuk-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus” –– Kisah para Rasul 5: 41
SUKA DUKA Umat Gereja Perdana nampak dalam awal Kisah para Rasul. Menderita atas nama Yesus itu, seperti dialami umat Gereja Perdana, bisa terjadi pada kita juga sekarang. Tetapi menderita atas nama Yesus mereka terima dengan ‘gembira’. Itu umat Gereja Perdana. Mereka (kedua rasul) dijebloskan ke dalam penjara dilepas oleh malaikat. Demikian keluar mereka langsung ke Bait Suci dan berkotbah kembali. Para anggota Mahkamah Agama frustrasi, tak tahu apa yang akan dilakukan lagi. Cambuk dan penjara tidak membuat para rasul jera, semangat tetap membara.
Dan ini yang patut kita catat, ‘para rasul bersuka dan bergembira boleh meneladan ‘Tuan-nya’, dan mereka meneruskan pewartaan – malahan mewartakan Injil tetap di Bait Suci-.’ Dari mana suka cita dan kegembiraan itu datang ? Bagaimana mereka memperolehnya. Langkah-langkah ini bisa membantu kita :
 Kita perlu mencoba berani sebagaimana para rasul berani; bila kita telah berhasil dalam ulah-keberanian, Roh Kudus akan memberi energi dan kegairahan baru . Ini adalah awal sukacita.
 Perutusan itu harus tetap hadir dalam pikiran kita. Juga sewaktu kita bersih-bersih lantai dan kamar, cuci piring dan pakaian, dengan menyadari bahwa kita di sini guna memberi kesaksian akan Yesus. Semakin hal ini menjadi cara pandang kita, kita akan jauh lebih mudah mengatasi hambatan dan rintangannya.
 Kita jaga jangan sampai kerja-keras kita membuat diri kita terseok. Terus maju, jalan terus. Ingat, Yesus ada dan hadir dalam diri kita, apapun yang terjadi. Juga meski dalam menghayati perutusan itu menyebabkan penderitaan, Yesus tetap ada dan memberi kita dan memberi yang kita butuhkan, dan kita melangkah maju terus.
Dalam meruskan langkah, mungkin kita jatuh bangun, tetapi kita tetap bergembira sampai mencapai tujuan.
DOA : Tuhan , bantulah aku menemukan langkah-langkah menuju sukacita sejati !
JANJI : “Mereka melihat mukjizat-mukjizat penyembuhan yang diadajan-Nya terhadap orang-orang sakit” —Yohanes 6: 2
PUJIAN: Larta, satu-satunya anak dari pasangan yang nikah di gereja beda agama. Pihak putri yang katolik terikat janji berusaha mendidik dan membaptis anaknya secara katolik. Sang ayah yang bukan-katolik bersikekeh agar Larta, anak laki-lakinya ikut imannya. Si anak terombang-ambing, ibunya stress, tetapi itu ia terima dengan tidak sakit hati, sebab ia percaya bahwa “Tuhan pasti buka jalan”. Sewaktu dewasa Larta nikah dengan gadis katolik, nikah campur beda agama, seperti orangtuanya. Ia hormati ayahnya. Tetapi sewaktu ia sudah berdiri sendiri sebagai keluarga, Larta putuskan masuk katolik, dan dibaptis bersama anak pertamanya.