Renungan Harian – Kamis, 23 April 2020

April 23, 2020
renungan harian katolik
KAMIS
(Putih)
23 April
Kisah pr Rasul 5: 27-33
Mazmur 34: 2, 9, 17-20
Yohanes 3: 31-36
(31) Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. (32) Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu. (33) Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. (34) Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. (35) Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. (36) Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”
MEREKA TIDAK MEMBAYANGKAN
“Mereka membawa keduanya dan menghadapak mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Agung mulai menanyai mereka”— Kisah pr Rasul 5: 27
SAAT INI kita bisa membayangkan jalan hidup para rasul, sejak mereka dipanggil menjadi murid Yesus (Mat 4:18-19, 21-22) sampai dengan diseret ke Pengadilan dan dijebloskan ke dalam penjara (Kisah 5:17-18, 27-28).
Kira-kira narasinya sebagai berikut: Tiga tahun sudah para rasul meninggalkan rumah dan mata pencariannya untuk mengikuti Yesus. Mereka kaget setengah mati, menyaksikan, sang Guru yang dikaguminya ditangkap, disalib, wafat dan dikubur. Tiga hari kemudian geger. Petrus dan Yohanes menengok ke dalam kubur, mereka mendapati kubur kosong. Dan para murid lalu melihat lagi Yesus yang hidup, berjalan bersama mereka dan makan bersama. Kemudian mereka merasakan panasnya api Pentakosta membakar hati mereka. Lalu mereka sendiri bisa mengadakan mukjizat dan tanda-tanda, seperti Yesus pernah lakukan. Dan nasib mereka berakhir dengan digelandang ke hadapan Sanhedrin, Majelis Agama untuk ditanyai dan mempertanggungjawabkan apa yang mereka katakan dan lakukan, yang membuat ‘geger’ masyarakat ramai.
Kita bisa bertanya , ‘apakah para murid itu, sewaktu dipanggil Yesus sudah mempunyai bayangan kira-kira perjalanan hidup mereka, yang begitu drastis berubah hanya selama seribunan hari’ ? Tentu tidak, apalagi menginginkannya ! Mereka sama sekali tidak menyadari apa yang menjadi konsekuensi pada jawaban ‘Ya’ kepada panggilan Yesus ! Mereka hanya melihat dalam diri Yesus ‘ada sesuatu pada-Nya’, yang membuat mereka mau percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya, ada sesuatu pada-Nya, yang membuat mereka mau dan berani menerima resiko selanjutnya. Mungkin karena kuasa dan wibawa Yesus. Mungkin kasih-Nya, sampai mereka mau menerima konsekuensi itu. Apapun itu, ternyata itu telah membangkitkan sesuatu dalam diri mereka. Sewaktu mereka mengatakan “Ya” kepada Yesus, para murid itu sebenarnya telah melangkah keluar dan masuk ke dalam ranah iman. Dan hidup mereka selanjutnya menjadi petualangan yang merubah mereka selamanya.
Petualangan itu adalah perjalanan pemuridan yang dibalut dengan tantangan-tantangan. Petualangan para murid sesudah Pentakosta mengingatkan kita pada sang Pemazmur yang berujar, “Kemalangan orang benar, banyak; tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu” (Mzm 34:20).
Betul-lah. Bila kita menyatakan “Ya’ pada Tuhan, entah kapan kita akan mengalami kerepotan-kerepotan karenanya. Para rasul, murid dan santo santa, mereka ini semua akrab dengan kekerasan. Bisa saja kita memusatkan hati kita akan mukjizat-mukjizat dan pemenangan jiwa-jiwa, tetapi penganiayaan , ancaman dan penjara malahan juga kemartiran itu ada dan tetap akan ada.
Itu semua berarti bahwa kita-kita ini disayang dan dikasihi. Kita-kita ini berharga dan patut dipercaya.
Apapun yang kita alami sesudah Pentakosta ini, sukacita dan kegembiraan ataupun ancaman, pengadilan dan penjara, tetap kita menjawab “Ya” kepada Yesus. Tak ada seorangpun dari kita, tahu yang akan terjadi pada diri kita di esok hari. Tetapi Tuhan Allah tahu semuanya. Ia juga melengkapi kita dengan apa saja yang kita butuhkan agar kita tetap dapat mengikuti-Nya.
DOA : Tuhan, aku sudah mengecap dan mengalamikebaikan-Mu. Semoga aku mengatakan “Ya” kepada-Mu.
JANJI : “Siapa yang diutus Allah, dia-lah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. — Yohanes 3: 34
PUJIAN: Meski di negeri kita, hak kebebasan beragama ada dalam Konstitusi, tetapi dalam praktek umat kristiani mengalami penolakan, ancaman dankekerasan. Bagi Umat ini seua diterima sebagai konsekuensi menjadi murid-murid Yesus.