CELAH KASIH

February 16, 2021

Oleh RP Albertus Herwanta, O. Carm

Betapa sulitnya menghentikan dosa dan kejahatan. Sekali dilakukan mereka bagai bola salju yang menggelinding dari puncak gunung ke bawah. Makin lama makin cepat dan makin besar pula.

Kejahatan manusia di muka bumi amat besar sehingga Allah “menyesal” telah menciptakan mereka (Kej 6: 5-6). Karena itu, Allah ingin melenyapkan mereka. Dengan demikian dosa dan kejahatan mereka akan berakhir pula.

Namun kasih Allah punya celah. Di balik kegeraman-Nya itu Allah masih menyimpan belas kasihan kepada manusia, terutama mereka yang hidupnya baik, benar dan taat kepada Allah (Kej 6: 8).

Orang itu adalah Nuh. Tuhan menyuruh Nuh membuat perahu dan masuk ke dalamnya bersama semua binatang yang Tuhan hendak selamatkan. Itulah cara yang diambil-Nya untuk menyelamatkan ciptaan-Nya, baik manusia maupun hewan. Kasih Allah punya celah untuk menyelamatkan.

Saat ini dosa dan kejahatan manusia di bumi ini juga amat besar. Pandemi yang kini sedang melanda dunia bagai suatu peringatan bagi umat manusia agar menghentikan kejahatannya dan bertobat. Memperbaiki relasinya dengan Tuhan, sesama dan alam. Sebagian orang memahaminya demikian. Namun ada pula yang bersikeras tidak mau bertobat.

Tanda-tanda dari Allah yang jelas itu pun masih sulit mereka mengerti. Itulah yang pernah terjadi di kalangan murid-murid Sang Guru Kehidupan. Ketika Dia meminta supaya mereka waspada terhadap ragi kaum Farisi (kemunafikan), mereka mengira bahwa itu dikatakan karena mereka tidak mempunyai roti. Bukankah Sang Guru pernah menggandakan roti di depan mata mereka untuk ribuan orang? Dia bisa menyediakan makanan bagi manusia.

Bagi orang yang baik, suci dan benar, kasih dan kebaikan Allah bisa ditangkap dengan mudah. Sebaliknya, mereka yang bebal dan keras kepala serta tidak mau bertobat sulit mengerti kerahiman dan celah kasih Allah yang masih memungkinkan manusia diselamatkan.

Shek O HK, 16 Februari 2021