Renungan Harian – Senin, 23 Maret 2020

March 23, 2020
renungan harian katolik
SENIN
(Ungu)
23 Maret
Yesaya 65:17-21
Mazmur 30:2, 4-6, 11-13
Yohanes 4:43-54
(43) Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, (44) sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. (45) Maka setelah ia tiba di Galilea, orang-orang Galileapun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiripun turut ke pesta itu. (46) Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. (47) Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. (48) Maka kata Yesus kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” (49) Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” (50) Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. (51) Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. (52) Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: “Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” (53) Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup.” Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya. (54) Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
PESTA SUKACITA PASKA
“Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak sorai” — Mazmur 30:6
SUDAH SEJAK LAMA, Minggu IV dalam Masa Puasa disebut Minggu “Laetare” – artinya “Minggu Sukacita”. Antifon pembuka dalam Misa kemarin Minggu diawali dengan kata “Bersukacitalah”!
Mengapa ? Karena kita telah mendekati Hari Agung Paska, perayaan Kebangkitan Yesus Kristus dan mendekati hari awal bagi kita untuk semakin mendalam relasi kita dengan Kristus.
Dan hari ini kita dengar Gereja memanggil kita untuk mendengarkan apa yang diserukan oleh nabi Yesaya: “Bergiranglah dan bersorak-sorailah selama-lamanya atas apa yangKuciptakan; sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak sorai dan penduduknya penuh kegirangan. Aku akan sorak sorai karena Yerusalem dan bergirang karena umat-Ku” (Yes 65: 18-19). Tuhan berjanji kepada kita bahwa kita akan memiliki sukacita kekal, bersukacita sebagai umat-Nya dan sukacita bagi-Nya.
Kita tahu bahwa ‘sukacita’ itu adalah buah dari Roh Kudus (Gal 5:22). Dan buah adalah hasil akhir dari suatu proses pertumbuhan. Karena sukacita ada suatu buah maka, kita sadar bahwa itu membutuhkan waktu untuk menghasilkannya. Dan di Masa ini Roh Kudus dalam proses menghasilkan buah, yakni sukacita dalam hidup kita. Roh Kudus menghendaki kita semua untuk jangan cinta diri, sehingga kita akan selalu bisa bersukacita (Flp 4:5). Keinginan Roh itu melawan keinginan daging (Gal 5:17), malahan menyalibnya, sehingga kita tidak pengap tercekik oleh cinta diri atas sukacita dalam Roh (1 Tes 5:19). Dan perlu kita ketahui bahwa Roh Kudus itu juga memberi kita hak istimewa untuk menderita bagi Yesus. Dan dalam sengsara inilah kita juga menemukan sukacita (Kol 1:24; 1 Ptr 4:13).
Roh Kudus, dalam saat-saat ini, menumbuhkan panen sukacita Paska Agung. Dan kita adalah benih-benih yang jatuh ke tanah dan mati agar kita menghasilkan buah berlimpah, buah sukacita (Yoh 12:24).
DOA : Ya Bapa, perkenankan aku menerima sukacita dan biarkan diriku menjadi sukacita bagi-Mu, Bapa !
JANJI : “Pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, ‘Anakmu hidup’. Lalu iapun percaya. Ia dan seluruh keluarganya” — Yohanes 4: 5
PUJIAN: Hari ini kita peringati St. Alfonsus Toribio, yang ditunjuk menjadi Uskup Agung kota Lima, Peru, Amerika Latin. Sebelumnya ia menjabat Ketua Mahkamah Agung di Granada Spanyol. Saat itu tentara Spanyol bertindak keras pada penduduk asli dan para klerus hidupnya tak benar . Meski dia masih awam, ia terima jabatan itu, melewati jenjang-jenjang tahbisan. Ia berhasil menggembalakan umat di Peru dan berhati seperti Kristus. Ia wafat tahun 1606 di Lima.