Renungan Harian – Rabu, 15 April 2020

April 14, 2020
renungan harian katolik
RABU
(Putih)
15 April
Kisah Para Rasul 3:1-10
Mazmur 105:1-2.3-4.6-7.8-9
Lukas 24:13-35
(13) Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, (14) dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. (15) Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. (16) Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. (17) Yesus berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram. (18) Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” (19) Kata-Nya kepada mereka: “Apakah itu?” Jawab mereka: “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. (20) Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. (21) Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. (22) Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, (23) dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. (24) Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.” (25) Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! (26) Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (27) Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. (28) Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. (29) Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. (30) Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. (31) Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. (32) Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (33) Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. (34) Kata mereka itu: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” (35) Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
ADA HALANGAN UNTUK MENGENALI YESUS ?
“Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.” —- Lukas 24:15-16
DALAM BACAAN ini kita dapat turut merasakan kegalauan kedua murid Yesus ini. Dulu mereka mengikuti Yesus karena memiliki banyak harapan. Seperti dikatakan dalam Injil Lukas: “Kami dulu mengharapkan bahwa Dialah Nabi yang akan datang yang akan menyelamatkan Israel”, tetapi akhirnya Ia mati disalib.
Sementara ada kabar burung bahwa Yesus telah bangkit. Dan menampakkan diri kepada para wanita yang pergi ke makamnya. Kedua murid itu semakin tidak karuan pandangan mereka tentang Yesus yang selama itu dia ikuti. Hati mereka tidak karuan: kecewa, putus asa dan bingung. Mereka pun takut kepada orang Yahudi yang juga mengejar para pengikut Yesus.
Di tengah keputusasaan dan kekalutan itu, Yesus hadir. Namun karena kekalutan dan keputusasaan yang menyelimuti pikirannya, maka mereka berdua tidak menyadari bahwa yang ada dan hadir di samping mereka itu adalah Yesus sendiri. Sungguh aneh bahwa mereka tidak mengenali Yesus. Benar juga mereka tah mengenali-Nya karena kekecewaan, kekalutan dan kebingungan serta campur rasa takut.
Mereka berdua, adalah murid-Nya, orang yang dekat dengan Yesus. Bagaimana mungkin mereka tidak mengenali-Nya? Para ahli tafsir injil Lukas menggambarkan bahwa mereka begitu kalut dan kecewa bercampur ketakutan. Disebutkan ada sesuatu yang menghalangi mata mereka. Apakah yang menghalangi mata mereka? Ini mau menggambarkan bahwa kehadiran Yesus tidak dilihat oleh mereka. Yesus menyertai mereka namun mereka tidak menyadari akan kehadiran-Nya.
Sebagai sebuah renungan bagi kita, dalam kekalutan dan kegagalan kita sering mengatakan dan mencari Tuhan:
“Di manakah Engkau Tuhan… Mengapa Engkau tidak menyertai aku dalam saat-saat begini? Mengapa Engkau meninggalkan aku di saat aku membutuhkanMu?”
Demikianlah dalam hidup, kita juga sering mengalami kekalutan, keputus-asaan dan kekecewaan.
Mari kita bersama kedua murid yang pulang ke Emaus, mengatakan : “Tinggallah bersama kami.”
Ketika mereka mulai tahu menyadari dan mengenali pribadi Yesus berada bersama mereka, mereka pun menjadi bersemangat kembali dan siap memberi kesaksian. (JRS)
DOA : Tuhan Yesus, biarlah Engkau senantiasa menjadikan kami sebagai Murid-Mu yang setia dan percaya, yang senantiasa mencari wajah-Mu dan mengenal-Mu sebagai Allah yang selalu menyertai hidup kami. Amin.
JANJI : “…Kepadamu akan kuberikan tanah Kanaan, sebagai milik pusaka Yang ditentukan bagimu.” — Mazmur 105:11
PUJIAN : Dalam Perjanjian Lama dikisahkan tentang iman Ayub. Sewaktu menderita ia tidak mempersalahkan Tuhan. Memang ia sempat ragu kepada Tuhan, tetapi imannya tetap kokoh dan setia sampai akhir. Masalah yang dihadapi Ayub tidak membuatnya untuk menjauh dari Tuhan, tetapi justru malah membuatnya semakin setia kepada Tuhan. Ia menyadari Tuhan menyertainya dalam keadaan apapun dirinya.