Renungan Harian – Minggu, 27 Oktober 2019

October 28, 2019
renungan harian katolik
27 Oktober 2019
MINGGU (H)
Minggu Biasa XXX
Sirakh 35: 12-14, 16-18
Mzm 24: 2-3, 17-19, 23
2 Timotius 4: 6-8, , 16-18
Lukas 18: 9-14
(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
“Doa seorang miskin menembusi awan” — Sirakh 35: 17
AWAN DALAM KITAB SUCI adalah lambang kehadiran Tuhan Allah. Tetapi juga awan – sebagai lambang dari sesuatu – yang membatasi kita untuk dapat sampai pada Tuhan. Tetapi awan tidak merupakan masalah bagi bagi doa kaum miskin, karena doa kaum miskin itu menembus awan.
Kita bisa katakan bahwa doa-doa dari kebanyakan orangtidaklah bisa menembus awan, sebab mereka ini hanya kadang-kadang berdoa kepada-Nya. Dan bila doa-doa kita itu bisa menembus awan, mungkin kita sering didorong untuk berdoa terus menerus (Luk 18: 1). Sebagai mana kita sering-sering menilpon, -dan karena sering – tilpon kita diangkat, maka
kita dapat kontak berkomunikasi. Juga karena umumnya kita-kita ini termasuk ‘kaum miskin rohani’ atau tidak rendah hati, maka bila seandainya bisa tembus ‘awan’ , kita bisa lalu didorong untuk berdoa lebih lagi.
Tanda kita termasuk kaum ‘miskin rohani’ atau tidak rendah hati, yakni :
 Bila kita bukan orang yang pengampun (Mrk 6: 15);
 Jarang sekali kita menyambut Sakramen Tobat;
 Tidak patuh pada penguasa pimpinan Gereja yang bertanggung jawab akan keselamatan jiwa kita (Ibr 13:17);
 Kita hanya berpikir akan diri kita sendiri (Luk 18: 11-12);
 Kita sering membanding-banding diri kita dengan sesama kita (Luk 18: 11);
 Kita enggan ‘membasuh kaki” sesama kita lewat pelayanan kita (Yoh 13: 14-15);
 Kita terus berusaha hidup ‘nyaman’ dan ‘aman’.
Yesus sejak lahir di gua Bethlekem sampai bukit Kalvari, menjalani hidup miskin; dengan kepersahajaan-Nya Yesus mau tampil dalam rupa Roti dan anggur dalam Ekaristi Suci.
Mari mengikuti jejak hidup Yesus yang serba sederhana. Tentu doa-doa kita lalu bisa menembusi awan.
Doa : Ya Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, buatlah hatiku seperti Hati-Mu (Mat 11: 29)
Janji : “Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat dan akan menyelematkan aku sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya” — 2 Timotius 4:18
Pujian: Para rasul berani bersaksi di hadapan orang-orang banyak yang mengerumuninya , “ Yesus inilah yang dibangkitkan Allah dan tentang hal itu kami adalah saksi-saksi” (Kisah 2: 17). Alleluia