Renungan Harian – Minggu, 08 September 2019

September 9, 2019
renungan harian katolik
8 September 2019 MINGGU Biasa XXIII
MINGGU (Hijau)
Kebijaksanaan 9:13-18
Mazmur 90:3-4,5-6,12-13,14,17
Filemon 1:9b-10,12-17
Lukas 14:25-33
(25) Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: (26) Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. (27) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. (28) Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? (29) Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, (30) sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. (31) Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? (32) Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. (33) Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
MENJADI MURID YESUS
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku “.—- Lukas 14:26-27
SEJAK MENGIKUTI Seminar Hidup Dalam Roh pada tahun 1996, Roh yang menyala-nyala selalu menaungi saya. Pengalaman dicintai Tuhan dan jatuh cinta kepada Tuhan membuat saya tidak ingin jauh daripadaNya. Alkitab, bacaan-bacaan rohani, seminar, retret dan doa mengisi kehidupan saya.
Masa bulan madu dengan Tuhan sepertinya akan berakhir ketika saya disadarkan akan Sabda Tuhan yang berkata: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”. Dalam hati saya berkata kepada Tuhan bahwa memang akhir-akhir ini saya kurang memperhatikan keluarga, saya sibuk bersama Tuhan, tetapi saya juga mencintai istri dan anak-anak yang Kau berikan kepada saya. Apa yang saya harus lakukan? Saat itu saya mendengar bisikan lembut dari Tuhan Yesus: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Saya tersenyum mendengar bisikan Tuhan Yesus itu. Saya tahu bahwa menjadi murid Yesus tetap bisa mencintai keluarga, namun cinta kita terhadap Tuhan hendaknya lebih besar daripada cinta kita kepada keluarga. (RIC)
Doa: Ya Allah, tolonglah kami agar dapat menjadi MuridMu yang sejati. Buatlah kami untuk tetap setia mencintai Engkau, mampu memikul salib dengan penuh kesabaran, serta mampu melepaskan kelekatan kami terhadap hal-hal yang tidak berkenan pada-Mu.
Janji: “Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami. Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.”—- Mazmur 90:14,17
Pujian: St. Paulus memiliki kerendahan hati dan semangat untuk terus melayani sampai usia tuanya serta ajalnya sebagai martir. Selama aktif, ia terus memperluas daerah pelayanannya, baik saat di dalam penjara, maupun saat bebas.