Renungan Harian – Kamis, 13 Juni 2019

June 12, 2019
renungan harian katolik
13 juni 2019 S. Antonius dari Padua, Imam dan Pujangga Gereja
KAMIS (Putih)
2 Korintus 3:15-4:1, 3-6
Mazmur 85:9-14
Matius 5:20-26
(20) Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (21) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. (23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, (24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (25) Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. (26) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
IBADAT YANG SEJATI
“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” — Matius 5:20
SEBUAH IBADAT yang berkenan di hadapan Tuhan, bukan ibadat yang hanya sebgai kewajiban atau rutinitas saja, tetapi ibadat yang dilakukan dengan hati yang murni, lahir dari batin atau dari dalam hati. Ibadat yang dilakukan dengan kemurnian hati, tidak mempunyai arti apa-apa bagi Tuhan Yesus.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menghendaki, dalam melakukan sebuah ibadat, jika kita mempuyai sesuatu ketidak beresan dalam hidup kita dengan sesama, kita harus berdamai terlebih dahulu. Setelah itu baru kita menghadap-Nya. Saya percaya masih banyak umat Katolik yang belum memperhatikan hal ini, banyak orang yang mengikuti perayaan Ekaristi tanpa memeriksa batin terlebih dahulu. Mereka tidak melakukannya, karena menganggap ibadat itu hanyalah formalitas, atau menganggap hidupnya memang tidak berdosa.
Jika hal demikian terjadi dalam hidup kita, sebagai orang Kristiani, tanpa disadari secara tidak langsung kita sudah melakukan penyembahan berhala. Loh….kog bisa? Bukan kah penyembahan berhala itu berarti kita menyembah patung-patung binatang, pohon dan hal-hal yang tahyul?. Menyembah berhala bukan hanya itu saja, tetapi juga bila kita menduakan Tuhan dan menyingkirkan-Nya dari hidup kita atau menggantikan dengan hal-hal yang bersifat dosa.
Segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya berarti kita menduakan-Nya, dengan menduakan-Nya berarti kita telah berdosa, jika itu terjadi bersegeralah kita berdamai dengan-Nya dan sesama sehingga ibadat kita benar-benar murni dan menjadi ibadat yang sejati dihadapan-Nya. (PTR)
Doa: Tuhan Yesus, jadikanlah kami anak-anak-Mu yang senantiasa mempersembahkan ibadat yang sejati dan berkenan kepada-Mu.
Janji: ”Dari dalam gelap akan terbit terang”, Ia juga yang membuat terangnya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. —- 2 Korintus 4:6
Pujian: Hidup St. Antonius dari Padua berubah, ketika mayat dari lima orang Fransiskan dibawa dari Maroko ke tanah kelahirannya di Portugal, sehingga ia menyerahkan seluruh hidupnya bagi Kristus.