Mengatasi Rasa Takut Kekurangan dan tak Diinginkan

October 16, 2020

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Rasa takut yang banyak kita alami adalah rasa takut kekurangan dalam memenuhi kebutuhan.  Kita telah menghabiskan banyak waktu dalam hidup kita untuk memelihara diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai. Kita perlu memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anak kita. Kita perlu rumah yang pantas untuk keluarga kita. Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup itu,  kita bisa diliputi rasa takut kekurangan. Kita sering dibayang-bayangin rasa takut akan PHK  atau kebangkrutan sehingga rasa aman dalam hidup ini terancam. Kebutuhan hidup itu  tidak bisa dicueki, tetapi harus diusahakan. Akan tetapi, apa yang terjadi jika sumber kehidupan kita  tidak  selama-lamanya ada? Kita tentu menjadi galau dengan kehidupan.  Rasa takut pasti memenuhi pikiran dan emosi kita.

Sebagai seorang beriman, kita jangan takut dengan kehidupan kita. Kita harus  meletakkan iman kita kepada Tuhan  yang  memenuhi apa yang kita butuhkan. Ketika kita mengimani hal itu, kita bisa mengalahkan rasa takut akan kekurangan dalam hidup kita. Sabda Tuhan mengajarkan  kepada kita bahwa kita tidak akan kekurangan apa pun ketika kita mencari Tuhan : “Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik” (Mazmur 34 :11).

Ketika kita mengalami kesulitan dalam kehidupan, janganlah kita meragukan pertolongan Tuhan. Kita harus mengimani bahwa Tuhan kita adalah setia.  Kesetiaan Tuhan itu akan kita alami ketika kita telah berhasil melewati berbagai macam kesukaran hidup. “Banyak kesukaran dalam hidupku, tetapi kesukaran itu tidak membunuhku. Aku masih hidup sampai sekarang. Kekurangan itu membuatku semakin kuat”.  Hanya dengan mengembangkan pengalaman iman akan Tuhan yang setia, kita dapat mengalahkan rasa takut akan kekurangan dalam hidup kita. Ketika kita mempunyai iman yang kuat akan Tuhan yang setia, kita bisa mengatakan : “Jalan Tuhan senantiasa  lebih baik daripada jalanku. Ia tidak memberikan apa yang aku inginkan, tetapi Ia mememuhi apa yang aku butuhkan. Aku percaya bahwa Tuhan senantiasa melakukan yang terbaik bagiku”.

Rasa takut

Untuk merasakan kesetiaan Tuhan, kita harus menjadi seperti petani. Seorang petani tahu bahwa ia tidak akan bisa memanen jika ia tidak menabur. Di tengah kekurangan kita, kita jangan ragu untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Jangan mengatakan “Aku saja tidak cukup, masa aku  harus memberikan juga kepada orang lain. Itu tidak masuk akal”. Kita hanya akan diberi apa yang kita butuhkan ketika kita memberikan. “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Lukas 6 : 38).

Selain kita mendapatkan sesuatu dengan memberi, hidup kita pun menjadi indah. Hidup kita menjadi indah karena ‘memberi’ merupakan cara untuk menghentikan sifat egois dan serakah kita. Dengan sering memberi, kita akan semakin seperti Allah Bapa, Sang Pemberi Yang Murah Hati.  Kita lebih terberkati dengan memberi daripada menerima : “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima ?”  (Kisah Para Rasul 20 : 35).  Ketika  seseorang memberi kita hadiah, kita hanya mendapatkan hadiah itu. Akan tetapi, ketika  kita memberi, kita mendapatkan sukacita karena kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan.

 

Atasi Rasa Takut Tidak Diinginkan

Allah merancang dan menciptakan kita sebagai pribadi  yang diterima dan bukannya untuk ditolak. Karena penerimaan merupakan kebutuhan yang  melekat di dalam diri kita, kita senantiasa mengharapkannya. Kita membutuhkan atmosphere yang menerima kita agar kita dapat bertumbuh dan berkembang. Kita ingin menjadi pribadi yang diinginkan oleh siapa pun. Kita ingin diterima oleh lingkungan kita, keluarga kita, tempat kerja kita, atau organisasi pelayanan gereja. Tidak ada seorangpun yang mau dikucilkan karena hidup kita di dunia ini tidak bisa dipisahkan dengan orang lain dalam hal apapun.

Karena penerimaan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan kita, perasaan tidak diinginkan sungguh menjadi momok yang sangat menakutkan. Bagaimana perasaan kita ketika teman-teman sekerja kita mengatakan bahwa lebih enak bekerja kalau tidak ada kita? Bagaimana hati kita ketika kehadiran kita dalam pelayanan dianggap mengganggu teman-teman kita? Bagaimana jiwa kita  ketika tidak diterima oleh mertua kita sebagai menantunya? Betapa sedihnya ketika apa pun yang sudah kita lakukan selalu dianggap salah dan dicela? Bentuk-bentuk penolakan itu akan menyakitkan kita. Penolakan itu menyedihkan kita karena kita ingin menjadi orang yang diinginkan. Kita ingin dicintai.

Rasa takut tidak diinginkan adalah musuh hebat yang harus kita kalahkan agar hidup kita tidak mengalami kehancuran. Tetap tegar di tengah-tengah tidak dinginkan. Tetap lakukan ha-hal yang baik di tengah-tengah penolakan. Setan menggunakan penolakan untuk  melawan kita dengan harapan agar kita menyerah,  mengisolasi diri kita sendiri, dan menjadi sangat takut tidak diinginkan sehingga kita akan mengalami kelumpuhan secara emosional. Ketika kita menyadari serangan setan ini, kita harus menghentikannya untuk mendapatkan kemenangan atasnya sebagai ganti menjadi korbannya. Ingatlah perjuangan Tuhan Yesus mengalahkan penolakan. Tuhan Yesus datang untuk membantu banyak orang, tetapi mereka menolakNya  tanpa alasan.  Hal itu pasti menyakitkan bagi Dia karena Dia juga memiliki emosi  seperti kita.  Akan tetapi, Dia tidak membiarkan penolakan itu menarikNya dari tujuan perutusan-Nya

Perasaan takut tidak diinginkan dapat kita kalahkan dengan fokus kepada Cinta Allah. Ia menerima kita secara total. Kita berharga di mata-Nya : “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu”  (Yesaya 43 : 4). Tuhan tidak pernah memandang rupa, jabatan, atau kekayaan yang kita miliki :    “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;  manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”  (1 Samuel 16:7b).  Seburuk apa pun kita di mata dunia ini, bahkan mungkin kita telah dihina, dicaci, dan direndahkan, tetapi kita tetap berharga dan  mulia di mata-Nya : “…siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya-”  (Zakharia 2:8b).  Yang kita butuhkan adalah menerimanya dengan iman sehingga kita tidak mengeluh dan bersungut-sungut ketika kita tidak diinginkan oleh manusia,

Kita yang telah mengalami penolakan dan perasaan tidak diinginan dan telah sembuh pasti lebih kuat daripada orang yang tidak pernah mengalami semua hal itu. Terpuruk dan mampu bangkit kembali akan membangun kekuatan untuk sukses.  Paul Swenney mengatakan : “Kesuksesan terjadi ketika kita mampu mengatasi ketakutan akan gagal”.

 

Doa  Mengatasi Rasa Takut Tidak Diinginkan

 

Bapa,

Betapa pedihnya hatiku

ketika aku mengalami tidak diinginkan sesamaku.

Aku menjadi putus asa dengan hidup.

Aku mengisolasi diriku karena merasa tidak berarti.

Semoga aku bisa mengimani

bahwa di hadapan-Mu,

aku berharga dan mulia

walaupun banyak kekurangan.

Dengan demikian,

Apapun yang dikatakan dunia tentang aku,

aku tetap mampu melangkah maju.

Amin