Kanak-kanak dan Kerapuhan Orang Dewasa

December 28, 2020

Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm

Setiap orang memiliki pengalaman masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak memiliki suka-dukanya sendiri. Suka, karena tidak harus gelisah tentang masa lalu dan masa depan. Anak-anak menikmati masa kini. Sang Guru Kehidupan menyebut mereka sebagai yang memiliki Kerajaan Surga (Mat 19: 14).

Mereka memiliki kesusahan juga. Tidak jarang, mereka menjadi korban kemarahan orang tua mereka. Sebagian murid TK malah harus tampil (performed) sedemikian demi gengsi ibunya di hadapan ibu-ibu lainnya. Lebih jahat lagi, ada orangtua yang sampai hati menjual anaknya (human trafficking). Yang lain menjadi korban perceraian orang tua. Masih banyak daftar duka dan pengalaman buruk kanak-kanak.

Kisah pembunuhan kanak-kanak di bawah umur dua tahun oleh Herodes menunjukkan perilaku kejam. Pertama, kejamnya orang dewasa terhadap kanak-kanak yang tidak berdaya. Kedua, kejinya nafsu kekuasaan yang secara membabibuta mencari cara mempertahankan dirinya.

Semua duka dan kematian yang menimpa kanak-kanak itu muncul dari hati yang tidak mengenal Allah, Sang Terang dan kebenaran serta menyebabkan orang tak mau mengakui bahwa dirinya berdosa (1 Yoh 1: 5-2: 2).

Semua negasi atas dosa berujung pada malapetaka dan bencana. Pertama, yang tak mau mengaku diri berdosa membuat Allah sebagai pendusta (1 Yoh 1: 8-10). Kedua, membuat manusia tidak nyaman dan aman dengan dirinya. Ketiga, mendorong orang menyerang pihak lain yang dianggap sebagai sumber dari rasa tidak aman dan nyamannya.

Betapa mudah menghakimi tindakan Herodes yang membunuh kanak-kanak yang tidak berdosa. Seolah-olah semua itu hanya di luar sana, jauh dari mentalitas kita. Namun jika jujur, sedikit banyak dan dalam kadar tertentu orang telah melakukan hal serupa. Secara tidak sadar memperlakukan kanak-kanak sebagai korban kepentingan orang dewasa atau orangtua.

Semua itu muncul karena kepentingan pribadi atau egoisme dan gengsi yang terlalu tinggi. Akar semua egoisme adalah dosa yang mengalir dari sikap menolak Allah, Sang Terang dan Kebenaran.

Kita prihatin terhadap nasib anak-anak yang dijadikan komoditas ekonomi dan politik. Kita bersedih ketika lembaga yang harus melindungi anak malah menyalahgunakan mereka demi kepentingan sekelompok pihak.

Pesta martir kanak-kanak suci membuka ingatan kembali akan kerapuhan kaum dewasa. Tanggung jawab kaum dewasa dan orangtua menjaga dan melindungi hak kanak-kanak.

Hong Kong, 28 Desember 2020 pada Pesta Kanak-kanak Suci, Martir