BESAR KECIL

January 9, 2021


RP Albertus Herwanta, O. Carm

Romo Albert Herwanta


Kompetisi sudah lama mewarnai kehidupan ini. Pendidikan pun mengarah ke terbentuknya pribadi yang kompetitif. Ilmu pengetahuan dan teknologi dikuasai oleh sebagian akademisi dan peneliti yang penuh ambisi. Berkompetisi.

Dunia politik dan ekonomi paling jelas dan terang benderang dicengkeram oleh nafsu berkompetisi. Tidak berkompetisi berarti mati. Drama sinetron demokrasi di gedung parlemen Amerika hanyalah contoh vulgar betapa kalah dalam kompetisi sulit dimaklumi. Pionir dan penjaga demokrasi itu dipermalukan oleh perilaku manusia yang tidak “legowo” menerima kekalahan dalam berdemokrasi.

Apakah akar kompetisi itu? Charles Darwin mungkin ikut membangun budaya itu dengan mengajukan teori “the survival of the fittest” atau siapa yang kuat akan bertahan hidup. Kalah atau tidak lulus seleksi berarti menjadi mangsa dan mati.

Besar dan kecil amatlah penting dalam kehidupan demikian. Makin besar modalnya, makin kuat dan jayalah suatu usaha. Demikian teori dasar kapitalisme. Dunia yang kapitalistis ini terperangkap dalam pola dan sistem berpikir yang “cacat” tapi dianggap paling benar, kuat dan bermartabat.

Benarkah menjadi besar itu jaminan dan kecil berarti mati? Yohanes Pembaptis yang mendengar kekhawatiran murid-muridnya tentang Sang Guru Kehidupan yang juga membaptis, menegaskan identitasnya. Dia itu hanya jalan dan persiapan; bukan Mesias yang dinantikan banyak orang. Tentang Sang Guru itu Yohanes Pembaptis malah berkata, “Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil” (Yoh 3: 30).

Yohanes Pembaptis adalah nabi besar. Kebesarannya terletak antara lain dalam sikapnya untuk tahu diri dan menjadi jalan bagi Sang Guru Kehidupan yang sungguh besar itu hadir di tengah umat manusia. Dengan menjadi kecil dia justru ikut membuat keselamatan banyak orang terwujud.

Dari dulu hingga kapan pun berlaku hukum yang sama, “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan; barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan” (Luk 14: 11). Hal yang sama berlaku untuk besar-kecil. Yang menganggap diri besar akan dikecilkan; yang dengan rendah hati menempatkan dirinya sebagai kecil akan dimuliakan.

Ini berlaku untuk siapa saja. Orangtua yang bersikap demikian kepada anak-anaknya. Sikap guru atau dosen kepada murid atau mahasiswa sama saja. Pemimpin negara yang rendah hati dan menganggap diri kecil atau tidak penting akan diangkat oleh rakyat. Sedang pemimpin negara yang menganggap diri besar justru akan jatuh di lantai paling dasar.

Shek O HK, 9 Januari 2021