Tentang Dua Serigala dalam Diri Manusia

July 7, 2022

Oleh Romo Felix Supranto, SS.CC

Sebuah ceritera  kuno menggambarkan bahwa  di dalam diri setiap manusia ada peperangan  hebat antara dua serigala.  Serigala yang satu jahat, pemarah,  pendendam,  sombong, dan pemalas. Sebaliknya, serigala yang lain sangat baik, penuh dengan kasih, kebaikan, kerendahan hati, dan pengendalian diri. Mereka terus menerus bertempur. 

Serigala mana yang menang? Tentu saja, serigala yang kita kasih makan. Pertanyaan lanjutan, kita kasih makan yang mana?

Dua serigala itu menggambarkan dua sifat dalam diri kita, yaitu sifat baik dan sifat buruk.  Dua sifat itu tidak bisa didamaikan. Ketika kita terus menerus memberi makan kepada sifat yang tidak memaafkan, tidak sabar, kurang percaya diri, dan sifat-sifat negatif lainnya, hal itu hanya akan membuat sifat-sifat tersebut tumbuh subur.

Contoh, kita mungkin terlalu sering mengeluh tentang pimpinan (bos) kita, bagaimana perusahaan tidak memperlakukan kita dengan baik. Ketika kita mengeluh, kita merasa lega karena telah mengeluarkan isi hati kita.

Akan tetapi, sifat (serigala) buruk yang kita beri makan itu menginginkan lebih, dan sifat itu akan bertumbuh dan mekar lalu mendominasi kepribadian kita. Sebaliknya, ketika yang kita piara dan kasih makan adalah kedamaian, kebaikan, kelembutan, kerendahan hati, dan pengendalian diri, sifat dan kepribadian itu akan berkembang dengan sendirinya dalam diri kita. 

Daripada mengeluh tentang pekerjaan kita, kita bisa mengucapkan syukur kepada Allah : “Ya Allah Bapa, saya bersyukur kepadaMu bahwa saya memiliki pekerjaan. Banyak rekan kerja saya mungkin memperlakukan saya dengan tidak baik, tetapi saya tidak bekerja  untuk manusia, tetapi untuk Engkau.”

Ketika kita melakukan hal itu, kita menghidupi sifat-sifat baik kita, dan itu akan membentuk kepribadian yang baru.

Sifat-sifat yang baik atau buruk pasti akan memengaruhi  masa depan kita.  Tidak ada seorang pun yang mau menerima orang-orang yang memilki sifat-sifat yang merusak, seperti tidak menghargai pimpinannya, pemarah, terlalu vokal, kasar, dan mau menang sendiri.

Ada seseorang yang akan dipindahkan ke suatu tempat, tetapi tidak ada yang mau menerimanya. Ia berpikir bahwa semua orang tidak menyukainya. Padahal, orang-orang tidak mau menerima kehadirannya karena ia terus menerus memberi makan kepada sifat-sifat buruknya sehingga keberadaannya akan mengganggu kebersamaan yang telah terbangun baik selama ini.    Sebaiknya orang yang menghidupi sifat-sifat baiknya akan lebih mudah diterima  dan bekerja di mana saja.

Kalau saat ini kita mengalami kegagalan dalam relasi dan pekerjaan, kita perlu merefleksikan  diri: “Jangan-jangan selama ini saya menghidupi sifat-sifat  buruk saya”.  Refleksi itu  harus bertumbuh ke dalam  perubahan.

Banyak studi perilaku manusia mengatakan bahwa sebuah kebiasaan buruk dapat dipatahkan dalam waktu satu setengah bulan. Kita hendaknya  disiplin dalam mengubah perilaku  kita. Berusaha berubah dari sikap yang kasar menjadi lemah  lembut dalam jangka  waktu tersebut sehingga  terbentuk kebiasaan yang sehat.  Jika kita memiliki sifat tidak tepat waktu dalam menghadiri sesuatu, kita  hendaknya segera mengubahnya. Kita membiasakan tiba lima belas menit sebelumnya, lakukan itu dengan sadar. Dalam beberapa  minggu, kita pasti bisa berubah menjadi orang yang tepat waktu. 

Ketika kita menghidupi  sifat-sifat baik, kita akan diberkati dengan sukacita dan keberhasilan. Kuncinya adalah terus mengembangkan sifat kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,  kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Sifat-sifat tersebut disebut oleh   Santo Paulus dalam Galatia 5 : 22 – 23 sebagai “sembilan buah Roh”. Selamat mencoba dan raihlah kesuksesan.

Salam Tangguh!