Renungan Harian – Selasa, 27 Agustus 2019

August 27, 2019
renungan harian katolik
27 Agustus, 2019 S. Monika
SELASA (P)
1 Tesalonika 2: 1-8
Mazmur 139: 1-6
Matius 23: 23-26
Atau
Sirakh 26: 1-4,16-21
Mzm 131: 1-3
Lukas 7: 11-17
(23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (24) Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. (25) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. (26) Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.
TANTANGAN SEORANG ISTRI DAN IBU
“Yesus menyerahkannya kepada ibunya” — Lukas 7: 15
SANTA MONIKA, nama seorang kudus yang tak asing bagi ibu-ibu dan para wanita kristiani. Namanya sering dipakai sebagai ‘pelindung baik pribadi, pelindung Lingkungan, Paroki maupun komunitas yang umumnya terdiri dari para putri atau wanita.
Monika menghadapi masalah. Sebagai istri menghadapi suami yang ‘kafir’ yang tidak mau mendukung dalam mendidik dan membesarkan serta mendisiplinkan anak, yakni Agustinus. Sebagai ibu menghadapi anaknya yang remaja masuk dewasa membuat banyak masalah. Tercatat, usia 18 tahunan, anaknya meninggalkan iman, memeluk keyakinan lain yang sesat, hidup dengan wanita di luar nikah dan mempunyai anak. Agustinus, anaknya, sering di kalangan muda sekarang mendapat julukan “sewaku remaja berfoya-foya, sewaktu mati menjadi suci dan masuk surga”.
Monika berdoa dan berdoa terus bagi anaknya. Sewaktu anaknya meneruskan studi di Italia, ia ikuti anaknya ke Roma dan Milano. Karena bimbingan Uskup Milano, Ambrosius, anak Monika bertobat dan bertekad hanya mau hidup bagi Allah. Inilah yang melegakan sekaligus menghibur Monika sebagai ibu. Dan ditambah lagi, suaminya yang kafir jelang meninggalnya juga mau dibaptis menerima Yesus sebagai sang Juruselamat.
Dalam buku “Confessio” (=Pangakuan). Agustinus mencatat saat keakaraban dengan ibunya ini. Ia tulis, “Kami berdua terlibat dalam pembicaraan yang sangat menarik, sambil melupakan lika-liku masa lampau,…”. Bagi Monika dengan bertobatnya anak-nya, seakan-akan sebagai ibu dari Nain, yang anaknya meninggal dan dibangkitkan oleh Yesus.
Monika sang Ibu lalu bertutur, “Anakku, bagi ibu sudah tidak ada sesuatupun yang memikat. Ib tidk tahu untuk apa mesti hidup lebih lama. Sebab, segala harapan ibu di dunia ini sudah terkabul’. Setelah pembicaraan itu, dan lima hari kemudian, Monika jatuh sakit. Dan pada saat hari yang kesembilan, dengan senyum, Monika menghadap Bapa.
Doa : Bapa,berilah diriku ‘hati seorang ibu, yang sangat berpeduli akan
keluarga, khususnya anak-anak dan menjadiprib adi yang tekun
berdoa’.
Janji : “Ketika Tuhan melihat janda itu, tergerakklah hatinya oleh belaskasihan, lalu Ia berkata kepada janda itu ‘jangan menangis’ ” — Lukas 7: 13
Pujian : Di suatu Paroki komunitas ibu-ibu janda, yang berpelindung Santa Monika, bertekad tiap hari berdoa bagi anak-anak dan cucunya supaya setia pada iman.