Renungan Harian – Sabtu, 22 Juni 2019

June 20, 2019
renungan harian katolik
22 Juni, 2019 St. Paulinus of Nola, St. John Fisher&
SABTU (H) St. Thomas More
2 Korintus 12:1-10
Mazmur 34:8-13
Matius 6:24-34
(24) Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (25) Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
MAU BERMEGAH ?
“…Atas diriku sendiri, aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku sendiri” — 2 Korintus 12: 5
SANTU PAULUS pernah mengkisahnya dirinya, “diangkat sampai tingkat yang ketiga dari surga” (2 Kor 12:3). “Ia tiba-tiba diangkatke Firdaus dan mendengar kata-kata yang tak-terkatakan” (2 Kor 12:4). Selain pewahyuan yang istimewa ini (2 Kor 12:7), Paulus tidak mendasarkan pewartaan pada kemuliaan surga, tetapi pada kelemahan dan skandal (batu sandungan) salib ( 1 Kor 2:2).
Dalam masyarakat zaman sekarang – seandainya Paulus hidup zaman ini- tentu dia ditawari main dalam film, diwawancaraiuntuk hasilnya dibukukan, dijadikan penceramah keliling, diminta menjaditamu ‘talk-show’ berkisah dan berbagi pengalamannya surgawi. Siapakah orangnya yang tak tertarik mendengarkan gambaran keadaan surga ? Jelas Paulus memiliki kesaksian pribadi yang dapat menarik banyak sekali pendengar , lalu ia dapat mewartakan Kabar Sukacita Injil ! Tetapi Paulus sadar dan yakin bahwa kesaksian pengalaman surgawi yang ia alami sama sekali tidak sebanding dengan kekuatan dalam kelemahan penderitaan ! Mengapa ? Sebab “dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor 12:9). Maka tidak mengherankan kalau Paukus lebih suka “membanggakan akan kelemahanku , supaya kuasa Kristus turun menaungiaku” (2 Kor 12:9).
Kita lalu dapat bertanya pada dirikita sendiri: Apa kelemahan – kelemahan diri kita sendiri ? Apakah secara fisik kita adaketerbatasan? Ada rasa lelah dan capai karena menngurusi anak-anak kecil atau para lansia ? Kita dikecam karena pandangan iman kita tentang kehidupan, dan tak ada dukungan atas penghayatan iman kita dalam keluarga atau masyarakat ? Atau rasa-rasanya ada sesuatu dalam diri kita yang menghalang-halangi guna tampil sekuat tenaga ? (2 Kor 12:7).
Kalau demikian kita kita akan memperoleh kekuatan lebih daripada yang sebelumnya. Dalam kelemahan-kelemahan itu, Allah menyertai kita dan kuat kuasa Aklah akan turun menaungi kita !
Doa :Bapa, rahmat-Mu sudah cukuplah untuk aku! (2 Kor 12:9)
Janji : “Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan harfi esok, karfena
hariesok mempunyai kesusahan-nya sendiri!” — Matius 6: 34
Pujian:Santu Thomas More (1478-1535) dijatuhi mati dengan dipenggal
kepalanya oleh Raja InggrisHenry VIII. Dan di tahu 2000,
Paus Santu Yohanes Paulus II, mengangkatnya menjadi
pelindung para pimpinan politik.