Renungan Harian – Rabu, 22 April 2020

April 22, 2020
renungan harian katolik
RABU
(Putih)
22 April
Maria-Bunda Sarikat Jesus
Kisah pr Rasul 5: 17-26
Mazmur 34: 2-9
Yohanes 3: 16-21
(16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (17) Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. (18) Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. (19) Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. (20) Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; (21) tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”
PERUBAHAN GAMBARAN TENTANG ALLAH
“Begitu besar kasih Allah akan dunia ini,, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percayakepada-Nya beroleh hidup yang kekal” —Yohanes 3: 16
DULU GAMBAR tentang “Allah” itu sangat negatif. Dia itu ‘pemarah’, ‘penghukum’ dan ‘pembalas’. Dan sekarang masih ada sisa-sianya. Bila ada wabah atau bencana, orang cepat berkata, ‘Ini hukuman dari Tuhan, karena kesalahan dan dosa kita!’ Cepat-cepat ada orang yang berdoa dan mempersembahan ‘sesaji’, sebagai ‘pepulih’, agar Allah tak marah terus.
Dalam penghayatan iman kitapun masih ada bekas jejak faham Allah yang kejam itu. Adalah hal yang wajar kalau ada umat yang meninggal, kita berdoa tirakatan, kita rayakan Misa Arwah di hari penguburan atau ‘kremasinya’. Kita berdoa dalam Misa untuk “Peringatan Arwah Semua orang Beriman” pada tiap tanggal 2 Novemver. Dan dalam tradisi ‘Jawa’ ada peringatan hari ke-3, ke-7, ke-40 dan ke-100 meninggalnya; kemudian kita masih mengadakan Misa Peringatan Arwah” tahun pertama, kedua, dan akhirnya di hari yang ke-1000 meninggalnya. Dan intensinya selalu ‘memohon Allah yang Maharahim mengampuni dosa-dosanya dan menerimanya di sisi-Nya’. Kebiasaan suci itu dikristenan di kalangan umat katolik. Dengan peringatan seribu hari, lalu selesailah sudah peringatan akan arwah saudara kita.
Tetapi masih ada orang atau keluarga yang memohon Misa Arwah pada ulang tahun meninggalnya ke-10, 20, 30 tahun dengan ujud ‘memohon pengampunan dosa’ – mereka masih mempunyai keyakinan jangan-jangan arwah saudara kita yang puluhan tahun meninggal itu masih di Api Pennyucian (!). Kalau peringatan itu ada dan dengan ujud tersebut, tidakkah itu merupakan sisa bayang-bayang ‘gambar Allah yang negatif’ ? Betulkah Allah itu sangat berkenan dan suka sekali bertahun-tahun menghukum arwah umat beriman di api penyucian. Tidak berdayakah penebusan Kristus, buah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus yang tertuang ke dalam Sakramen-sakramen ?
Injil hari menegaskan bahwa “begitu besar kasih Allah akan dunia ini,sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yesus, sang Anak Allah, “diutus ke dunia ini, bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3: 16-17). Dalam Perjanjian Lamapun sudah disampaikan pewahyuan kepada Musa bahwa Allah itu “penyayang dan pengasih, panjang sabar,berlimpah kasih dan setia-Nya”(Kel 34: 6).
Yohanes menegaskan bahwa Yesus diutus untuk menebus dan menyelamatkan bukannya untuk menghukum orang. Yang ditebus dan diselamatkan bukan ‘saya dan kita’ tetapi ‘seluruh dunia’. Inilah yang perlu mengisi budi dan hati kita dengan rasa damai, percaya dan penuh harapan.
Meski kita menyadari kita bersalah dan berdosa, tetapi kita juga harus sadar bahwa diri kita tetap pantas dicintai dan layak diselamatkan oleh Tuhan. Maka bisa kita jadikan doa keyakinan kita : Allah mengutus untuk menyelamatkan diriku bukan untuk menghukum aku ! Seruan keyakinan ini dapat kita-ulang-ulang sewaktu kita terbebani oleh rasa bersalah !
DOA : Bapa, terima kasih Engkau berkenan menyelamatkan daku! Biarkan kuwaratakan bahwa Bapa itu maha pengasih dan penyayang !
JANJI : “Barang siapa melakukan yang benar; ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah”—
Yohanes 3: 21
PUJIAN: Setelah disadarkan oleh Pastor Paroki, Pak Dirjo sekeluarga, sewaktu memperingati 10 tahun wafat kedua orangtuanya, mereka tidak lagi memohon pengampun dosa bagi mereka, melainkan memohon Tuhan agar orangtuanya yang telah mulia di surga mendoakan anak cucunya yang masih berjuang di dunia.