Renungan Harian – Rabu, 07 Agustus 2019

August 7, 2019
renungan harian katolik
7 Agustus, 2019
RABU (Hijau)
Bilangan 13:1-2a,25-14:1,26-29,34-35
Mazmur 106:6-7a, 13-14, 21-22,23
Matius 15:21-28
(21) Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. (22) Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” (23) Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” (24) Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (25) Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” (26) Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (27) Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” (28) Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
BIJAKSANA, TEKUN DAN IMAN
“Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: ‘Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.’ Dan seketika itu juga anaknya sembuh”. —- Matius 15:28
SAAT ANAK PERTAMA saya berusia dua tahun, ia belum bisa berbicara sama sekali. Sedangkan anak tetangga, yang sebaya dengan anak saya, sudah mulai berbicara dengan cukup jelas. Saat itu, dokter mengatakan bahwa anak saya baik-baik saja pendengarannya, hanya orangtuanya perlu lebih sering mengajak berbicara kepadanya. Saya juga konsultasi dengan Psikiater, anak saya diberi terapi Okupasi dan lain-lain. Saat anak di TK, guru sekolahnya mengatakan bahwa anak saya kemungkinan tidak mendengar. Saya membawa anak saya ke dokter THT dan dokter menyatakan derajat pendengaran anak saya lebih dari 95 desibel artinya tergolong tuli berat sekali. Saya dan istri pulang ke rumah dengan hati yang remuk redam.
Keadaan ini menyadarkan saya akan perempuan Kanaan yang menjumpai Yesus dan berkata: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita” dan ego saya mulai terkoyak mengantar saya datang kepada Tuhan dan berdoa: “Tuhan Yesus, tolong sembuhkan anak saya supaya anak saya dapat mendengar”. Rasa sesak itu lambat laun hilang dan diganti dengan semangat agar anak saya dapat mandiri dan mendapatkan pendidikan yang layak. Kami terus berdoa untuk kesembuhan anak saya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun sampai anak saya tumbuh dewasa, ternyata anak saya tetap tidak mendengar.
Dari perjalanan iman dan hidup saya dalam membesarkan anak, pertama saya mengalami perubahan dalam cara berdoa. Pada awalnya doa saya fokus kepada kepentingan diri sendiri, seperti mohon kesembuhan anak saya, kesejahteraan saya, kebahagiaan saya, dan lain lain. Dengan berjalannya waktu, doa saya berubah, pertama: tidak hanya meminta-minta tetapi mulai mengucap syukur atas segala yang saya alami, mendoakan orang lain dan bahkan mampu memuji Tuhan dengan sepenuh hati. Kedua, saya mengalami kemajuan dalam emosi saya dari suka marah menjadi sabar, dari pembosan menjadi lebih tekun dan lebih bijaksana dalam menghadapi persoalan. Ketiga, saya mulai menerima keadaan anak saya. Saya sudah tidak menangisi diri sendiri tetapi saya percaya bahwa semua yang saya alami, Tuhan tahu dan akan menjadi indah pada waktunya.
Iman saya mulai bertumbuh dan selalu mengandalkan Tuhan dalam segala rencana-Nya. Saya percaya bahwa Tuhan tidak membiarkan saya jatuh sama seperti pengalaman seorang perempuan Kanaan ketika Tuhan berkata: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anak dari seorang perempuan Kanaan itu menjadi sembuh.
Demikian juga anak saya walaupun pendengaran tidak membaik, tetapi anak saya dapat berbicara dengan lancar tanpa menggunakan alat bantu dengar. Anak saya, sekolah di SLB-B sampai lulus SD, kemudian meneruskan SMP dan SMA di sekolah umum serta berhasil lulus D2 di LP3I jurusan komputer. Puji Tuhan !
Ketika kita mengalami masalah demi masalah dalam hidup, jangan mundur, tetaplah bersabar dalam kesesakan dan tekun dalam doa sehingga iman kita menjadi kuat, tidak gampang goyah dalam menghadapi segala cobaan dan ujian. (RIC).
Doa: Allah Bapa yang maha pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setiamu. Kasihilah kami seperti wanita dari Kanaan itu yang mendatangkan kesembuhan.
Janji: “Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan-Nya, tidak mengetengahi di hadapan-Nya, untuk menyurutkan amarah-Nya, sehingga Ia tidak memusnahkan mereka “— Mazmur 106:23
Pujian: Musa merupakan seorang Nabi yang bijaksana, tekun dan beriman membawa bangsa Israel keluar dari Mesir dalam waktu 40 tahun dengan berbagai masalah terutama dari umat yang dia pimpin. Walaupun Musa sudah diberitahu bahwa ia tidak akan masuk ke tanah perjanjian, namun ia tetap setia menjalankan perintah Tuhan.