Renungan Harian – Kamis, 28 November 2019

November 28, 2019
renungan harian katolik
NYANYIKAN PUJIAN BAGI TUHAN
28 November 2019
KAMIS (H)
Daniel 6: 12-28
MT Dan 3: 68-74
Lukas 21: 20-28
(20) Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. (21) Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, (22) sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. (23) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, (24) dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.” (25) Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. (26) Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. (27) Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. (28) Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”
“Pujilah Tuhan, hai embun beku dan salju. … Pujilah Tuhan hai halilintar dan awan gemawan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia, selama-lamanya” — Daniel 33: 70. 73
NYANYIAN YANG berisi Pujian itu dikidungkan oleh tiga orang yang dihukum mati dengan dimasukkan ke dalam bara perapian hidup-hidup karena iman kepercayaan mereka. Dalam keadaan seperti itu mereka masih bisa memgajak es dan salju, meminta halilintar da awan-awan bergabung memuji Allah. Di tempat yang nampak tanpa harapan itu Allah membawa agin sejuk dan segar yang membebaskan dan menyelamatkan mereka bertiga. Mereka menyaksikan Allah berada di mana-mana, mengisi dan menyelip di antara semua saja, juga termasuk hal-hal yang mengandung sakit dan derita.
Bila kita mengenali kebaikan Allah dalam segala hal, dalam kegembiraan maupun derita, hati kita tetap hangat berkembang. Lalu apalagi yang kita takutkan ? Mengapa kita tidak dapat bernyanyi dan menari, sebagaiamana ketiga pemuda itu di perapian yang menyala atau seperti Daniel di dalam kerangkeng singa ? Kasih Allah itu memenuhi kita ! Bersama Paulus kita berani berucap, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus ? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan atau kelaparan atau ketelanjangan atau bahaya, atau pedang” (Rm 8: 35)
Karena kita merasa aman di tangan-Nya, selalu aman di bawah nauangan sayap-Nya, mari kita ajak apa saja dan siapa saja untuk bergabung memuji Allah dan memuliakan-Nya. Kita tinggikan Dia selama-lamanya !
Doa : Ya Yesus, ajarilah daku selalu bersyukur dan memuji-Mu , dalam keadaan apapun!
Janji : ”Biar bumi memuji Tuhan, nyanyikan dan tinggikan Dia selama-lamanya” ! — Daniel 3: 74
Pujian: Sarjito, anak tunggal, yang telah tak beribu, saat ayahnya juga meninggal, nampaknya ia ceria, tak nampak rasa sedih. Berulang kali sayup-sayup terdengar mengucapkan “Puji Tuhan- Puji Tuhan” dengan senyum ceria. Seminggu kemudian sewaktu diadakan Ibadat Peringatan, ada teman yang menanyakan, ‘mengapa dia nampak ceria pasrah dan syukur’. Ia jawab, “Bagi saya itu apa yang terbaik dari Tuhan bagi ayah. Ia telah lama menderita. Itu suatu penyembuhan total. Ia takperlusakit lagi. Ia percaya,dalam kerahiman Allah Bapa, ayahnya sudah diterima dan bahagia di sisi-Nya”.