PANGGILAN TUHAN

January 24, 2021

Romo Albertus Herwanta, O. Carm

“Ayahku baru saja dipanggil Tuhan,” kata seorang teman. Pesan apa yang orang tangkap ketika mendengar berita itu? Sahabatnya memberitahu ayahnya meninggal. Wafat.

Banyak orang takut mati alias tidak mau menerima panggilan Tuhan. Itu wajar, karena mati berarti kehilangan semua yang manusia miliki di dunia ini. Kekuasaan sebesar apa pun dan kekayaan sebanyak apa pun tiada berarti  bagi pemiliknya jika dia sudah mati. “Dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu” (1 Kor 7: 31).

Sesungguhnya, kematian itu bukanlah kehilangan. Sebaliknya, memperoleh segalanya. Bukankah lewat kematian manusia kembali kepada Tuhan, Sang Segalanya? Karena itu, mati atau dipanggil Tuhan perlu dipersiapkan. Persiapannya dilakukan sepanjang hidup.

Cara terbaiknya adalah dengan tiada henti mendengarkan dan menaati panggilan ilahi. Panggilan Tuhan terjadi dalam hidup sehari-hari. Sabda Tuhan mengajarkan bagaimana orang dapat menanggapinya.

Tatkala orang-orang Ninive berdosa atau hidup menurut kemauannya sendiri, Tuhan mengutus Nabi Yunus kepada mereka. Dia menyerukan supaya penduduk Ninive mendengarkan panggilan Tuhan, yakni bertobat dan kembali kepada-Nya. Karena mereka bertobat, selamatlah mereka (Yun 3:10). Dengan meninggalkan hidup duniawi mereka memeroleh keselamatan surgawi.

Demikian pula para murid pertama yang menerima panggilan Tuhan, Sang Guru Kehidupan. Setelah mendengar panggilan-Nya “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk 1: 17), Simon dan Andreas meninggalkan jalanya untuk mengikuti Sang Guru. Yakobus dan Yohanes pun melakukan yang sama. Mereka meninggalkan ayah mereka lalu mengikuti Dia  (Mrk 1: 20).

Keempat orang itu adalah nelayan. Bagi mereka jala itu amat diperlukan dan diandalkan. Namun itu ditinggalkan, karena mereka memercayakan dirinya kepada Sang Guru. Ayah itu juga penting bagi kehidupan manusia karena berperan menjamin dan melindungi. Namun Yakobus dan Yohanes meninggalkannya demi jaminan yang diberikan oleh Sang Guru Kehidupan.

Demikianlah, mereka menanggapi panggilan Tuhan. Bukan hanya mendengar dengan telinganya, melainkan merespon dalam tindakan hidup nyata. Hidup mereka berubah: dari mencari ikan menjadi mencari manusia. Dari sekadar mengikuti keinginan dan kebutuhan manusia menjadi melaksanakan kehendak Tuhan.

Ternyata, Tuhan itu tidak mengambil, tetapi memberi yang lebih banyak dan abadi. Itulah yang manusia peroleh tatkala sepanjang hidupnya menanggapi panggilan Tuhan.

Shek O HK, 24 Januari 2021