Merayakan Kasih Setia

December 24, 2020

Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm, dari Hong Kong, 24 Desember 2020

Umumnya orang bersukacita pada saat pernikahan. Di sana kasih sejati dinyatakan dalam kesetiaan. Mereka yang telah saling mengasihi menjanjikan sikap setia satu sama lain seumur hidup. Kesetiaan yang mengalir dari kasih sejati memang akan tetap abadi.

Itulah yang dapat ditemukan dalam Allah. Allah adalah kasih (1 Yoh 4:16). Karena Dia adalah kasih sejati, maka Allah itu setia selama-lamanya  (Mzm 89:3-6). Hal itu tampak dalam pribadi Sang Guru Kehidupan yang amat setia. Dia tidak bisa mengingkari mereka yang mengingkari-Nya. Manusia bisa tidak setia kepada-Nya, namun Dia tetap setia, karena Dia tidak bisa menyangkal diri-Nya (2 Tim 2:13).

Kesetiaan Tuhan ditemukan dalam janji-Nya yang selalu terpenuhi. Tentang janji-Nya kepada raja Daud, Dia bersabda, “Kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul,  yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya” (2 Sam 7:15-16).

Janjinya kepada Elisabet dan Zakharia pun dipenuhi-Nya. Walau keduanya sudah lanjut usia dan menurut ukuran manusia tidak mungkin mereka mempunyai keturunan, Tuhan mengaruniakan seorang anak kepada mereka. Zakharia amat bersukacita, karena mengalami kasih setia Tuhan. Pujian sukacita itu setiap hari didoakan oleh Gereja dalam Kidung Zakharia (Luk 1: 68-79).

Yohanes, anak mereka itu, ditetapkan menjadi pembuka jalan bagi kedatangan Sang Juru Selamat. Yohanes mengajak umat Israel untuk bertobat. Lewat pertobatan itu manusia dibebaskan dari dosa, didamaikan dan disatukan kembali dengan Tuhan.

Mereka yang mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran Sang Juru Selamat bagaikan orang yang hendak pergi menghadiri pesta pernikahan. Untuk berpartisipasi dalam upacara kasih-setia itu mereka mengenakan pakaian pesta yang paling baik dan terindah. Yang mereka kenakan itu melambangkan dukungan dan sukacita.

Dalam pesta pernikahan, umumnya orang berbahagia dan bersukacita. Kalau pesta kasih-setia antara dua manusia begitu membahagiakan, betapa jauh lebih dari itu pesta untuk merayakan kasih-setia Tuhan kepada umat manusia.