MELAWAN ALLAH

July 7, 2021

RP Albertus Herwanta, O. Carm


Ada banyak sekali kisah yang menunjukkan bahwa manusia melawan Allah. Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, karena melawan Allah. Karya para nabi juga dipenuhi dengan sikap Israel yang tidak setia kepada Allah.

Yakub, anak Isak juga bergumul melawan Allah. Namun konteks dan pesannya amat positif; bukan memberontak melawan Tuhan. Itu adalah pergumulan Yakub dalam mengenal Tuhan yang tidak dikenalnya. “Bertanyalah Yakub: “Katakanlah juga namamu.” Tetapi sahutnya: “Mengapa engkau menanyakan namaku?” Lalu diberkatinyalah Yakub di situ” (Kej 32: 29). Tuhan memang tidak punya nama, karena identitas menyatu dengan Diri-Nya. Tuhan itu subjek dan predikat sekaligus.

Dalam pergumulan itu, yang terpenting bukan nama Tuhan, tetapi nama Yakub. Setelah memenangkan pergumulan itu namanya diubah menjadi Israel. Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” (Kej 32: 28).

Itu bukan semata-mata perubahan nama, tetapi hasil pergumulan rohani. Bahwa pergumulan itu terjadi pada malam hari dan membuat Yakub tidak melihat wajah lawannya, menunjukkan bahwa pergumulan manusia dengan Tuhan itu penuh rahasia.

Yakub memenangkan pergumulan itu. Berarti dia melangkah ke tingkat iman yang lebih tinggi. Dia diberi nama Israel, karena telah bergulat melawan Tuhan dan menang (Kej 32: 28).

Ada contoh lain dari pergumulan rohani yang mendewasakan iman seseorang. Saulus yang sebelumnya mengejar-ngejar para pengikut jalan Tuhan berubah menjadi Paulus (Kis 39: 9). Paulus berarti kecil atau rendah hati. Bukankah pertobatannya mengubah dia dari orang yang selalu membanggakan diri menjadi orang yang berbangga atas kelemahannya? (2 Kor 12: 7-10).

Setiap orang beriman terlibat dalam pergumulan rohani. Seperti Yakub, orang sering bertanya tentang Tuhan. Adakah Tuhan itu? Siapa Dia? Apa yang dibuat-Nya terhadap umat manusia?

Tidak jarang dalam pergumulan itu orang bertanya-tanya, karena seolah-olah Allah tidak peduli kepada manusia. Mereka yang terus bergulat akan mengalami iman yang lebih matang. Pandemi ini menjadi medan bagi umat bergumul melawan Tuhan.