LONTARKAN PERKATAAN YANG MEMBERKATI

November 4, 2020

Oleh Romo Felix Supranto, SS.CC

Banyak orang mudah melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar terhadap orang-orang yang berada di sekitar hidup kita. Suami sering mengeluh kepada istrinya : “Kamu itu sejak kita menikah tidak pernah bisa memasak secara benar. Masakanmu selalu terlalu asin” atau “Kamu semakin hari semakin gendut, kayak karung goni. Dasar tidak bisa mengurus diri”. Istri sering mengeluh kepada suami : “kamu sudah bertahun-tahun bekerja, tetapi hasilnya hanya kecil begitu. Tidak cukup tahu”. Orang tua sering jengkel terhadap anaknya : “Dasar anak bodoh. Sudah diajari berjam-jam juga tidak mengerti”.

Kata-kata demikian itu mengandung kutukan. Kata-kata yang tidak baik tersebut dapat menghancurkan semangat, cita-cita, dan harapan seseorang dalam sekejap. Karena itu, Santo Paulus mengingatkan kita untuk menghindari perkataan-perkataan kotor keluar dari mulut kita dan membiasakan untuk memakai kata-kata yang baik : “Kalau kalian berbicara, janganlah memakai kata-kata yang kotor. Pakai sajalah kata-kata yang membina dan memberi pertolongan kepada orang lain. Kata-kata seperti itu akan mendatangkan kebaikan kepada orang-orang yang mendengarnya” (Efesus 4 : 29).

Wartakanlah keindahan

Kata-kata yang baik dan yang membangun adalah kata-kata yang memberkati. Ketika kita mengucapkan kata-kata yang memberkati atas pasangan kita, atas anak-anak kita, dan orang-orang yang lainnya, kita bukan hanya menggunakan kata-kata yang manis. Kata-kata yang memberkati tersebut membuka kuasa Allah. Kata-kata itu membuka kemampuan, keyakinan diri, dan kebaikan Allah dengan cara yang luar biasa. Karena itu, kita hendaknya membiasakan diri untuk menggunakan kata-kata yang memberkati kepada sebanyak mungkin orang. Dengan kata-kata yang memberkati ini, kita dapat membuka berkat Allah bagi kehidupan seseorang.

Ada seorang anak perempuan yang memiliki bibir sumbing. Ia sering menjadi bahan ejekan di sekolahnya. Di lingkungan sekolah ia senantiasa menyendiri karena ia memang tidak memiliki teman di sana. Ia tumbuh sebagai seorang yang merasa sangat tidak aman dan minder. Pada suatu hari sekolahnya mengadakan tes pendengaran. Guru dalam kelas itu meminta para muridnya berjalan ke arahnya secara perlahan-lahan sementara ia membisikkan kata-kata dengan suara yang sangat pelan. Para murid harus mengulanginya dengan suara keras di depan murid-murid lainnya. Hampir seluruh murid tersebut tidak ada yang bisa mengulangi kata-kata gurunya secara tepat. Kini giliran anak perempuan yang berbibir sumbing itu. Ia sangat takut. Akan tetapi, setelah ia selesai menjani tes pendengaran, gurunya itu tersenyum dan berkata : “Engkau dapat mengulangi kata-kataku secara tepat. Engkau adalah anak yang pandai. Aku ingin engkau menjadi anakku”.

Ketika anak perempuan tersebut menerima kata-kata yang memberkatinya, ada sesuatu yang luar biasa masuk ke dalam dirinya. Kata-kata itu memberinya kepercayaan diri yang baru dan harga diri yang lebih tinggi. Bukan hanya itu, ketika murid-murid lainnya mendengar gurunya itu sangat mengasihi anak perempuan yang berbimbing sumbing tersebut, perilaku mereka berubah. Mereka semua ingin menjadi temannya. Mereka mulai mengundangnya untuk main ke rumah mereka sehabis sekolah.

Kata-kata yang memberkati dari gurunya tersebut membawa berkat Allah di dalam hidupnya. Ketika ia bertumbuh menjadi gadis muda, ia sering mengatakan tentang saat tersebut merupakan awal perubahan di dalam hidupnya.

Perkataan yang memberkati itu merupakan kata-kata yang sederhana dan biasa-biasa, tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar. Karena itu, mari kita membiasakan mengucapkan kata-kata yang memberkati.

Kesimpulan dari permenungan ini : Perkataan kita menentukan hidup sesama dan diri kita sendiri berhasil atau terkutuk : “Dari buah mulutnya, seseorang akan makan yang baik” (Amsal 13 : 2a).

Salam Kebajikan