TAHTA ITU UNTUK MELAYANI

February 22, 2021

Oleh RP Albertus Herwanta, O. Carm

Menduduki kursi jabatan memiliki beragam makna. Seorang raja atau ratu duduk di atas tahta. Itu pertanda bahwa baginda menguasai wilayah tertentu dengan penduduk dan semua kekayaan yang tersimpan di dalamnya.

Negara republik yang demokratis mengenal tiga macam kursi, yakni kursi legislatif, eksekutif dan yudikatif. Ketiganya menunjuk pada hak dan kekuasaan orang yang duduk di sana. Misalnya, parlemen (DPR) punya hak dan wewenang untuk mengontrol pemerintahan.

Karena “insting” manusia mendorongnya untuk berkuasa, perebutan kekuasaan jamak dan mudah ditemukan. Gonjang-ganjing partai yang pernah berkuasa selama sepuluh tahun di Indonesia rupanya menunjukkan khawatirnya beberapa figur publik yang bakal kehilangan kekuasaan.

Sebagian orang mengira bahwa dengan berkuasa orang bisa memperoleh jalan untuk memenuhi keinginannya. Mereka yang mabuk kekuasaan mengira bahwa hidup ini akan membahagiakan bila orang  punya kuasa. Kehilangan kekuasaan berarti akhir dari pengaruh, harga diri dan kebahagiaan.

Tatkala merayakan pesta tahta Santo Petrus, orang diajak melihat kursi kekuasaan dari sudut yang secara fundamental berbeda. Petrus, paus pertama dalam Gereja Katolik adalah orang yang menduduki kursi itu. Posisinya itu bukan hasil perjuangan politik, tetapi kepercayaan yang Sang Guru Kehidupan berikan. “Engkau adalah Petrus dan di atas baru karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16: 18).

Tahta itu bukan posisi politis yang bisa digunakan untuk kepentingan pribadi orang yang duduk di atasnya. Sebaliknya, itu adalah kursi untuk melayani. Mereka yang mendudukinya adalah pelayan. Tepat, ungkapan yang mengatakan bahwa paus itu pelayan dari semua pelayan.

Mereka yang menjadi rekan kerjanya, yakni para uskup yang dibantu para imam dan diakon juga pelayan-pelayan Sang Guru dan warga Gereja. Mereka itu bukan pemimpin politik yang bermain politik praktis.

Pesta tahta Santo Petrus mengingatkan bahwa Gereja Katolik ada itu untuk melayani umat manusia. Bukan melayani diri sendiri dan kepentingannya. Tugas utama orang yang menjadi pemimpinnya adalah melayani, karena kursi itu adalah tahta pelayanan.

Shek O HK, 22 Februari 2021 pada Pesta Tahta Santo Petrus, Roma