AWAS NABI PALSU

January 31, 2021

Romo Albertus Herwanta, O. Carm

Agama Yahudi, Kristen dan Islam mempunyai nabi. Mereka itu mendapat wahyu dan tugas khusus dari Allah untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada umat Allah. Beberapa tergolong nabi besar dan yang lain nabi kecil. Bukan karena perawakan tubuhnya, melainkan karena bobot tugasnya.

Sebagai orang yang diutus menyampaikan suara Tuhan, penting sekali bahwa mereka sendiri benar-benar memasang telinga hati-Nya untuk mendengarkan dan memahami kehendak Tuhan yang hendak disampaikan Allah demi keselamatan umat manusia. Pesan Allah itu biasanya terkait dengan kehidupan konkret manusia, khususnya dalam menghayati iman dan kasih mereka kepada Allah serta perilaku mereka terhadap sesamanya. Sejauh mana manusia tetap percaya kepada Allah dan peduli terhadap sesamanya.

Karena mereka berada di tengah situasi nyata yang kritis dan rumit, tugasnya amat berat. Sebagian dari mereka diejek, ditolak dan diancam dengan pembunuhan. Nabi-nabi sejati mengalami hidup yang tidak menyenangkan menurut ukuran duniawi.

Mereka yang tetap setia mendengarkan dan menyampaikan sabda Allah dilindungi oleh Tuhan dan diberi karunia istimewa dalam menjalankan tugasnya. Misalnya, mampu melakukan mukjizat-mukjizat. Inilah nabi sejati.

Sang Guru Kehidupan dipanggil nabi oleh pendengar dan pengikut-Nya. Benar, itulah salah satu tugasnya datang ke dunia. Untuk menyertai dan menegaskan ajaran dan pesan-Nya, Dia melakukan mukjizat seperti menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan membangkitkan orang mati. Semua itu menunjukkan kuasa Allah yang menyertai-Nya (Mrk 1: 21-28).

Banyak nabi gagal menangkap suara Allah dan hanya menyuarakan kepentingannya sendiri. Mereka ini mendapat hukuman dari Tuhan. “Seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati” (Ul 18: 20). Inilah nabi palsu.

Hingga hari ini Allah masih membutuhkan nabi-nabi yang menyuarakan pesan-Nya. Mereka ini adalah orang-orang yang selalu mendengarkan suara Allah dalam situasi nyata yang mengancam keselamatan manusia, baik dalam hidupnya di dunia sekarang ini maupun bagi hidup abadinya nanti.

Mereka biasanya melawan arus masyarakat yang hanya mengejar kepentingan dunia. Karena itu, meski kata-kata dan tindakannya baik, benar dan bermanfaat, mereka dibenci dan dimusuhi. Dicaci maki. Walau berjuang demi kepentingan banyak orang, mereka ditolak dan terus diserang. Sebaliknya, nabi yang mengikuti kemauan atau kepentingan duniawinya sendiri dipuji-puji dan dijunjung tinggi, terutama oleh mereka yang membiayai. Kejayaannya hanya sementara. Lewat sangat cepat. Jenis nabi yang kedua inilah yang termasuk nabi palsu.

Shek O HK, 31 Januari 2021