SELF – KNOWLEDGE LAGI

August 25, 2021

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi manusia sangat berprestasi. Berhasil menggali pelbagai misteri. Bidang ini memerlukan objek studi. Berdasar teori, data yang dikoleksi kemudian dianalisa untuk memperoleh kesimpulan; generalisasi.

Banyak masalah hidup teratasi berkat ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun tentang pengenalan diri rupanya manusia amat lambat memperoleh manfaat. Belum berhasil memanfaatkan ilmu dan teknologi untuk mengembangkan hidup rohani.

Salah satunya adalah gagal mengenal diri sendiri. Semakin maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin sulit manusia mengenal dan menerima diri sendiri. Lebih aneh lagi, “penyakit” ini disandang sejak zaman orang Farisi hingga saat ini.

Sang Guru Kehidupan mengkritik kaum Farisi dan ahli Taurat, karena mereka munafik dan seperti kuburan yang dilabur putih; luarnya tampak bersih, tetapi di dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai kotoran (Mat 23: 27). Yang dikecam sebenarnya lebih serius dari pada kemunafikan. Apa itu?

Pertama, mereka itu buta dan gagal melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya. Inilah sumber dosa yang paling berbahaya dari orang-orang yang merasa dirinya saleh. Sulit mengakui kesalahan dan bertobat. “Penyakit” ini menjangkiti orang dari dulu hingga kini.

Kedua, mereka bangga membangun makam nabi-nabi dan berkata bahwa andai mereka hidup pada zaman itu, tentu mereka tidak ikut membunuh nabi-nabi (Mat 23: 29-30). Dengan berkata demikian mereka secara tidak langsung menyebut diri keturunan para pembunuh. Kini mereka merancang membunuh Sang Guru Kehidupan, nabi di atas semua nabi. Inilah kegagalan mereka yang kedua dalam mengenal diri.

Ternyata, masih ada “penyakit” yang lebih dalam dari kemunafikan, yakni gagal mengenal diri. Kegagalan ini menyebabkan orang sulit menerima dirinya sendiri, terutama dalam mengakui kesalahan dan dosanya. Lebih celaka, ada yang secara tak sadar justru bangga akan kelemahannya.

Teori dan teknologi macam apa dapat menyembuhkan manusia dari “penyakit” ini? Bukankah benar bahwa dalam banyak hal, berkat ilmu pengetahuan dan teknologi manusia telah mencapai kemajuan yang tinggi, tetapi nyaris tidak berubah dalam mengenal diri? Dalam hal “self-knowledge” manusia masih perlu terus berjuang lagi.

Rabu, 25 Agustus 2021
RP Albertus Herwanta, O. Carm.