SEGITIGA DISHARMONI

February 13, 2021

Oleh RP Albertus Herwanta, O. Carm

Dosa menyebabkan terganggunya relasi manusia dengan Tuhan. Situasi ini berdampak pada hubungan manusia dengan sesamanya dan alam, khususnya tanah.

Tanah tidak lagi menjadi lahan subur dan secara mudah menopang  manusia. Lelaki (suami) harus bekerja keras untuk bisa mendapatkan rezeki dari tanah. Di sini bekerja memiliki makna negatif. Semacam hukuman atau konsekuensi atas pelanggaran.

Peranan wanita sebagai ibu yang mesti mengandung dan melahirkan pun diwarnai dengan kondisi yang tidak menyenangkan. Isteri akan birahi kepada suami. Namun statusnya adalah pelayan bagi suami yang menjadi “tuan”-nya. Ke mana cinta yang menyatukan mereka berdua dalam kesetaraan? Hingga kini usaha melepaskan isteri dari penguasaan suami belum seutuhnya berhasil. Sebagian masyarakat malah menganggap bahwa isteri itu milik suami atau keluarga suami.

Singkat cerita, dosa telah menciptakan disharmoni antara manusia dengan Allah, dengan sesamanya dan alam ciptaan. Manusia menjadi takut kepada Allah. Manusia itu melemparkan kesalahan kepada isterinya yang dianggap sebagai penyebab terseretnya ke dalam dosa. Tanah pun tidak lagi menopang hidup manusia begitu saja.

Namun ada harapan. Sang Guru Kehidupan datang memulihkan kondisi itu. Dia memberi makan kepada empat ribu orang. Situasi sulit tidak membuat-Nya menyalahkan para murid. Dia memberikan solusi. Pertama, mengambil yang ada (roti dan ikan yang tersedia). Kedua, mengucap syukur kepada Allah. Ketiga, memotong dan membaginya. Semua orang yang lapar itu dibuatnya kenyang.

Fakta ini memberikan harapan bahwa Allah tidak selamanya menghukum manusia. Dia datang mengembalikan harmoni yang sudah dirusak oleh dosa manusia.

Dia mendamaikan manusia dengan Allah. Dia memulihkan relasi manusia dan sesamanya. Akhirnya, dia menggunakan alam (roti dan ikan) untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian Dia memulihkan kembali relasi antara Allah dan manusia, manusia dan sesamanya serta manusia dengan alam. Terhapus sudah segitiga disharmoni.

Shek O HK, 13 Februari 2021