RUMAH

November 20, 2020

Romo Albert Herwanta, O. Carm
Pelbagai sudut pandang bisa menentukan makna dan peran rumah bagi hidup manusia. Kini rumah itu bukan hanya tempat tinggal, tetapi alat investasi di bidang ekonomi. Ada pula yang membangun rumah amat besar dalam kompleks berhektar-hektar untuk menunjukkan kekayaan hingga membuat orang lain kagum berkomentar. Rumah telah menjadi alat untuk pamer.

Ada pula rumah yang berfungsi religius, yakni rumah ibadah. Bait Suci di Yerusalem, contohnya. Dibangun oleh raja Salomo dan digunakan sebagai tempat dan pusat ibadat.

Sebagaimana agama sulit dipisahkan dari ekonomi, demikian pula Bait Suci tidak steril dari kegiatan dagang. Sejauh itu dilakukan untuk mendukung peribadatan tentu baik-baik saja. Namun manakala kepentingan ekonomi lebih kuat dan tinggi, mulailah penyalahgunaan agama tak terhindarkan dan rumah ibadah pun dilecehkan.

Begitu tiba di kota Yerusalem, Sang Guru Kehidupan segera masuk ke dalam Bait Suci dan mengusir semua pedagang yang berjualan di sana. Dia berseru dengan nada mengejutkan, “Ada tertulis: rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun!” (Luk 19: 46). Pencemaran dan penghinaan.

Bagaimana hal itu terjadi? Agama kerap tidak steril dari pelbagai kepentingan non-agama seperti ekonomi. Antara keduanya bisa muncul relasi manipulatif. Agama memanipulasi ekonomi atau ekonomi menggunakan agama secara salah. Lebih runyam lagi ketika politik ikut bermain di dalamnya.
Dalam situasi demikian, agama lepas dari tujuan mulianya yang rohani dan melampaui yang duniawi. Sebaliknya, merosot hingga titik terendah yang menghasilkan sumpah serapah, fitnah dan ajaran agama berkualitas sampah

Mengapa bisa demikian? Pertama, karena rumah ibadah bukan lagi rumah doa dan rumah Allah, tetapi rumah manusia untuk memuaskan nafsu hina dan rendah. Kedua, faktor pertama itu lahir dari tercemarnya Bait Allah yang ada dalam lubuk hati setiiap orang. Suara hati manusia telah dikuasai kebencian dan terkontaminasi kepentingan.

Dari lubuk hati nan busuk lahir pikiran keji. Dari situ mengalir kata-kata yang rendah dan memerosotkan martabat si pembicara sendiri. Penyalahgunaan rumah ibadah dan mimbar-mimbarnya telah membelokkan fungsi agama dari tujuan mulia-positif-konstruktif ke peran ekonomi yang kerap destruktif tanpa kontribusi yang berarti.

Malang, 20 November 2020