Renungan Harian – Senin, 27 Juli 2020

July 27, 2020
renungan harian katolik
SENIN
(Hijau)
27 JULI

Yeremia 13: 1-11
MT Ulangan  32: 18 – 21
Matius 13: 31 – 35

31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. 32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.” 33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” 34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, 35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: “Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.”

KERENDAHAN  HATI

“Mereka itu suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan” — MT Ulangan 32: 20

BACAAN HARI ini menampilkan nabi Yeremia. Allah mengajar Yeremia dan umat Yehuda, yang congkak (Yer 13: 9) dengan suatu cara tak lazim mengenai sesuatu yang penting dalam hidup beriman. Yeremia disuruh untuk ‘melepas ikat pinggangnya’ – lambang kesombongan- dan menaruhkannya di celah-celah  bukit batu di sungai Efrat (Yer 13:4).

Dalam kegelapan celah-celah batu, ikat pinggang itu menjadi lapuk. Dan dengan gambaran ikat pinggang ini Yeremia dapat memberi ajaran yang hidup kepada umat Yehuda, yakni harga yang harus dibayar kalau mereka mengandalkan diri mereka sendiri dan melupakan Allah yang melahirkan mereka.

Allah sangat menginginkan agar kita ini berada dalam terang-Nya. Kalau kita bersembunyi dari-Nya di tempat gelap – yakni tempat kesombongan dan cinta-diri begitulah akhirnya nanti nasib kita seperti ‘ikat pinggang’. Pemujaan diri, hidup dalam kesia-siaan ini membawa diri kita ke kehormatan. Tetapi sebenarnya ke kesombongan, dan kesombongan  adalah jalan mundur ke arah kegelapan yang membuat lapuk dan busuk, menghalangi diri kita dari terang kasih Allah dan kuat kuasa Roh Kudus-Nya.

Rendah hati sebaliknya, menuntun kita ke hadirat Allah. Orang yang rendah hati itu bersinar dan bercahaya. Mengapa ? Karena kerendahan hati mereka memberi ruang bagi terang Kristus dan terang Kristus tak pernah membawa ke kegelapan. Terang dari kesombongan diri dan mencari kesia-siaan hidup itu hanya sementara dan seterusnya akan padam. Kenyataannya tidak ada cahaya sama sekali. Hanya terang Kristus-lah yang mampu mengalahkan kegelapan dosa manusia.

Yesus meminta kita para pengikut-Nya untuk melepaskan segala bentuk kesombongan dan pemujaan diri. Kita-kita ini dibenarkan oleh kasih karunia lewat iman, bukan lewat kesuksesan hidup kita. Ini melulu karya Tuhan.

Tiada kesempatan bagi kita untuk bermegah (Rm 3:27-28). Cahaya yang ada dalam diri kita datangnya dari Tuhan. Maka kita perlu selalu berbangga hanya dalam Tuhan, yang telah memberikan segala sesuatu demi kebaikan kita. Harapan dan kemuliaan kita ialah bahwa kita dicintai Allah dan telah ditebus oleh darah Kristus.
Maka marilah kita belajar berjalan dalam hidup ini dengan rendah hati dalam terang  Kristus. Ingat, Dia selalu meninggikan yang rendah. (SW)

DOA   : Ya Yesus, Dikaulah Terang Dunia. Terpisah dari-Mu hidupku berada dalam kegelapan. Tolonglah aku untuk selalu berjalan dalam Terang-Mu.
JANJI  : “Hal Kerajaan Surg aitu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai kahmir seluruhnya” —Matius 13: 33
PUJIAN: Dini merasa tak pantas menjadi anggota tim Evangelisasi Dekanat. Tetapi bersama seluruh anggota timnya yang rajin berkumpul, sebagian besar umat di Paroki lalu lebih memahami iman kekristenannya.