Renungan Harian – Senin, 15 Juli 2019

July 15, 2019
renungan harian katolik
15 Juli 2019 S. Bonaventura
SENIN (Putih)
Keluaran 1:8-14.22
Mazmur 124:1-3.4-6.7-8
Matius 10:34–11:1
(34) Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. (37) Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (38) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. (39) Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (40) Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. (41) Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.” (1) Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.
UTAMAKAN AKU …
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu …. —- Matius 10:37
DUNIA SERING membuat kita tergiur sehingga kita lupa akan prioritas hidup. Kisah nyata saya alami sekeluarga saat menjelang liburan akhir tahun pada hari Natal. Beberaha hari sebelum Natal, kami sibuk melayani pelanggan yang berbelanja di toko. Dan pada tanggal 25 Des, kami sudah merencanakan untuk liburan ke luar kota. Karena hari Natal, maka pagi hari saya segera membangunkan anak-anak untuk misa Natal dulu sebelum kita pergi berlibur. Ternyata anak-anak berteriak “Kok ke Gereja lagi? kita langsung liburan saja, Ma !”
Saya sendiri sebenarnya juga ingin segera berlibur, tetapi ingat bahwa Natal dari hari besar bagi Gereja, karena itu saya perlu mengingatkan anak-anak, dengan berkata “Sebelum pergi jalan-jalan, kita misa Natal dulu, setelah itu kita baru berangkat”. Tentu saja hal ini membuat anak-anak dan saya juga pergi ke Gereja dengan berat hati.
Mulut dan hati saya tidak sinkron; mulut saya berkata harus ikut misa karena menurut saya ingin mengajar anak-anak untuk mengutamakan Tuhan, tetapi hati saya pun sesunggahnya setuju dengan anak-anak untuk segera pergi berlibur, tidak usah ikut misa Natal lagi. Akibatnya misa Natal tersebut terasa sangat lama dan kurang menarik bagi kami. Hal ini karena diri kami memang di Gereja, tetapi pikiran kami telah berada di tempat liburan.
Saat mengikuti misa Natal itu, tiba-tiba Tuhan berbicara dengan jelas di dalam hati saya: “ Utamakan AKU; suamimu, anak-anakmu, hartamu, usahamu dan sema yang kau miliki, termasuk liburanmu adalah bonus dari AKU”. Saya tersontak kaget dan seketika saya merasakan sukacita damai sejahtera yang tidak bisa dilukiskan. Sepanjang misa saya mengucap syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Saat itulah saya baru mengerti tentang perintah pertama dari sepuluh perintah Allah: “Cintailah Aku lebih dari segala sesuatu”. Kata-kata ini terngiang terus di telinga saya; hal inilah yang membuat saya sungguh menikmati misa Natal tersebut dengan sepenuh hati.
Seringkali kita terlena dengan aktivitas dan nikmatnya dunia; kita terjerat dan menganggap dunia menjadi yang lebih utama, bahkan hal ini membuat kita menjadi menolak Tuhan dan pekerjaanNya. Kita lebih memilih dan mengutamakan dunia (keluarga, harta, pekerjaan, kesenangan kita, dll.).
Peristiwa pada hari Natal itu membuat saya semakin mengerti bahwa kita harus mencintai dan mengutamakan Tuhan lebih dari segala sesuatu. Jika kita lebih mengutamakan Dunia, maka kita tidak layak bagi Allah. (NL)
Doa: Ya Allah Bapa yang penuh kasih buatlah kami sadar dan mampukan kami untuk mencintai Engkau melebihi segala sesuatu sehingga kami layak di hadapanMu.
Janji: “Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi” —- Mazmur 124:8
Pujian: Para martir adalah contoh nyata dari orang-orang yang mengasihi dan mengutamakan Tuhan lebih dari apapun yang ada di dunia ini.