Renungan Harian – Senin, 02 September 2019

September 2, 2019
renungan harian katolik
2 September 2019
SENIN (Hijau)
1 Tesalonika 4:13-17a
Mazmur 96:1,3-5,11-13
Lukas 4:16-30
(16) Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. (17) Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: (18) Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku (19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (20) Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. (21) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” (22) Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” (23) Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” (24) Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. (26) Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. (27) Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” (28) Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. (29) Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. (30) Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
MENOLAK BERKAT
“Tetapi IA berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.” —- Lukas 4: 30
ADA ORANG-ORANG ditolak oleh keluarga sendiri, ditolak oleh teman-temannya, ditolak oleh orang-orang sebangsanya atau ditolak oleh orang-orang seagamanya. Kita kadang heran dan kurang mengerti, mengapa banyak orang yang ditolak di lingkungannya atau di tempatnya sendiri. Apakah itu ada hubungannya dengan sifat kedagingan manusia yaitu iri hati dan dengki atau mungkin juga kalau dari tempat asalnya kita sudah tahu segala kekurangan dan kejelekannya, sehingga ia ditolak dan sulit diterima.
Yesus datang ke tempat asal-Nya, Nazaret. Ia datang untuk menyampaikan Kabar Baik, tetapi orang-orang Nazaret yang mengenal-Nya sebagai anak tukang kayu, Yosef dan Maria, tidak percaya dengan apa yang disampaikan-Nya. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa DIA ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan DIA dari tebing itu.
Tetapi “IA berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.” (Luk 4: 30). Orang-orang itu begitu dikuasai oleh prasangka buruk dan tidak mau tahu kebaikan seseorang, hal ini sebenarnya sangat merugikan mereka sendiri.Mereka telah menolak berkat karena keselamatan atau kebahagiaan lalu tidak terjadi pada diri mereka.
Agar tidak mengalami kerugian seperti mereka, hendaklah kita berusaha dengan segala kerendahan hati untuk menerima dan menghargai hasil karya ataupun sumbangan dan pemberian dari saudara-saudara kita atau teman-teman dekat kita. Jika kita tidak bisa menghargai dan mengasihi orang-orang yang dekat dengan kita maka menghargai dan mengasihi yang jauh dengan kita adalah mustahil, itu hanya sandiwara saja.
Mari, sebagai orang beriman pada Kristus, kita dalam menerima dan melihat sesuatu janganlah memandangnya dengan ‘negative thinking’tetapi marikita belajar untuk melihat dan menerimanya dengan ‘positive thinking’. (PIN)
Doa: Tuhan Yesus, Engkau telah mengajarkan kami agar mengasihi sesama kami seperti diri sendiri. Bimbinglah kami yang lemah ini ya Tuhan, agar mampu menghargai dan mengasihi sesama kami dan terlebih orang-orang yang dekat dengan kami.
Janji: IA akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya. —-Mazmur 96:13
Pujian: St. Kim Tae-gon, imam pertama Korea, didorong oleh imannya kepada Allah dan kasihnya kepada orang-orang kristiani, menemukan sebuah jalan yang merupakan tugas yang sulit untuk membuat karya misionaris awal ke Korea. Dan hanya tiga belas bulan setelah ia ditahbiskan, dia dihukum mati dengan pedang, ketika ia masih berusia 26 tahun dan minyak suci ketika penahbisannya masih segar dan berada di tangannya.