Renungan Harian – Selasa, 17 September 2019

September 17, 2019
renungan harian katolik
17 September, 2019 S.Robertus Bellarminus
SELASA (H)
1 Tim 3: 1-13
Mzm 101: 1 – 6
Lukas 7:11-17
(11) Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. (12) Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. (13) Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” (14) Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (15) Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. (16) Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” (17) Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
MAUT BUKANLAH PENGUASA TERKAHIR
“Ketika Tuhan melihat janda itu, tergerakklah hatonya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya, “Jangan menangis!” — Lukas 7: 13
WAKTU USKUP Timika, Mgr Johanes Filipus Saklil, tiba-tiba diberitakan wafat, awal Agustus lalu , hari berikutnya umat di Timika khususnya dari suku Komoro berduyun ke Rumah Duka , menangis keras-keras. Bukan saja hati mereka dan kita tergerak dan sedih, tetapi juga bercampur kaget, bingung jadi satu.
Dari kisah Injil hari ini, tidak kaget kalau ibu– yang janda – kehilangan satu-satunya anak, sedih sekali. Kita juga rasanya tak bisa-bisa apa-apa kalau menghadapi ibu-ibu janda kematian anaknya yang tunggal. Yang bisa mengibur janda yang kehilangan anaknya, hanyalah Allah sendiri. Tuhanlah yang bisa memebri kekuatan.
Dalam situasi yang sama, Yesus berhadapan dengan janda yang bersedih berat. Yesus mengatakan kepada ibu janda itu, ‘jangan menangis’ ! Bagaimana mungkin ia tidak sedih dan menangis ? Mungkin yang dimaksud Yesus ialah jangan sampai air mata menarik iman dari kuasa ilahi. Maut tak pernah memiliki kata terakhir. Tetapi Tuhan Allah-lah yang kuasa penuh – Yang mempunyai ‘Sabda terakhir’ !
Buktinya ? Kita baca dan renungkan apa yang terjadi berikutnya. “Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan”, Yesus lalu bersabda kepada pemuda itu “Hai anak muda, Aklu berkata kepadamu, bangkitlah!”. Dan dengan lembut hati Yesus menyerahkan anak muda yang telah bangkit dari mati itu kembali kepada ibunya.
Maut telah menjadi sarana harapan yang baru dan sarana untuk memuji dan memuliakan Allah, sang sumber hidup. Apa yang dilakukan Yesus kepada ibu janda di Nain itu, dengan penuh percaya dan penyerahan kepada-Nya, Ia-pun akan berbuat bagi kita !
Doa : Bapa, Engkaulah sang sumber kehidupan,dan sang Maha pemelihara kehidupan ! Tanamkanlah dalam-dalam imanku pada Kuasa Pemeliharaan-Mu !
Janji : “Mereka yang melayani dengan baik, beroleh kedudukan yang baik, sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus , mereka dapat bersaksi dengan leluasa !” — 1 Timotius 3: 13
Pujian: Pastor Paroki menasehati para pro-diakon di parokinya, agar dalam pelayanan ibadat terikatan atau peringatan arwah, yang penting adalah memberi hiburan iman kepada yang keluarga yang berduka.