Renungan Harian – Sabtu, 23 November 2019

November 25, 2019
renungan harian katolik
DIBANGKITKAN DAN MASUK KE HIDUP BARU
23 November 2019
SABTU (H)
1 Makabe 6: 1-15
Mzm 9:2-4, 6, 16b,19
Lukas 20: 27-40
(27) Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: (28) Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. (29) Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. (30) Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, (31) dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. (32) Akhirnya perempuan itupun mati. (33) Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.” (34) Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, (35) tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. (36) Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. (37) Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. (38) Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” (39) Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.” (40) Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
“ Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, karena di hadapan Dia semua orang hidup” — Lukas 20: 40
TIAP TANGGAL 2 November, Gereja mengajak kita umatnya ‘mengenang Arwah Semua Orang Beriman’. Saudara-saudara kita yang telah meninggal, kita kenang sewaktu mereka masih hidup dan bersama kita, dan sekarang mereka telah mulia di surga, hidup di hadapan Allah. Dalam Credo singkat kita nyatakan “Aku percaya akan … Kebangkitan badan dan hidup kekal”. Kalau tidak ada ‘kehidupan di balik kubur, mengapa kita mengenang dan mendoakan mereka yang telah menghadap Tuhan?’.
Dalam bacaan Injil hari ini kita ketemu dengan golongan Saduki yang tak percaya akan adanya kebangkitan badan di alkhir zaman. Mereka menyoal dengan Yesus dengan kasus ‘ada tujuh saudara – semua laki-laki-,yang sulung memperistri seorang wanita. Pria itu mati. Adiknya mengawini wanita agar membangkitkan keturunan, juga mati. Dan seterusnya, sampai ketujuh pria akak beradik mati semua, dan wanita itupun mati pula. Pertanyaan kaum Saduki kepada Yesus “ Siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan?” Dengan jelas dan terang Yesus memberikan jawaban kepada pertanyaan orang Saduki yang penuh kemunafikan. “Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup”.
Kata-kata Yesus memberi hiburan besar kepada kita. Sabda-Nya menegaskan dengan penuh kepastian, orang-orang yang kita cintai dan telah meninggalkan hidup di bumi ini, tetap masih hidup, meski kita masih samar-samar menangkapnya, Mereka telah menikmati hidup yang tiada berakhir, tiada mengalami sakit dan tua lagi. Mereka telah dipilih Tuhan untuk hidup bersama-Nya. Hidup mereka telah merasuk dan bersatu dengan Dia – Sang asal dan tujuan hidup.
Dalam Prefasi Misa Arwah, ada ucapan yang indah dan meneguhkan “Sebab Dia-lah yang telah menimbulkan harapan kokoh akan kebangkitan yang mulia , sehingga kami yang sering takut akan maut yang tak terelakkan itu, sungguh-sungguh dihibur oleh hidup abadi yang telah dijanjikan kepada kami. … yakinlah kami bahwa hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan dan bahwa kediaman abadi tersedia bagi kami di surga, bila pengembaraan kami berakhir”.
Mereka mengalami kepenuhan keindahan sebagai ciptaan Allah. Mereka tak akan mati. Mereka tetap ingat akan kita, sebagaimana kita juga mengenang dan mengingat mereka. Mereka berdoa bagi kita, sebagaimana kitapun berdoa bagi mereka.
Doa : Terima kasih ya Tuhan, atas anugerah hidup dalam segala
kelimpahan dan kepenuhannya.
Janji : “Mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati tidak kawin dan dikawinkan”— Lukas 20: 25
Pujian : Meski Gereja secara Liturgi hanya mengenal Ibadat menjelang penguburan, tetapi terbuka akan tindak kesalehan dalam bentuk Ibadat mengenang arwah pada hari ketiga,ke-empat pulih, ke seratus, setahun, dua tahun dan hari yang ke-seribu. Gereja juga mengenang dan berdoa bagi arwah