Renungan Harian – Sabtu, 21 September 2019

September 23, 2019
renungan harian katolik
21 September, 2019 S.Matius
SABTU (M)
Efesus 4: 1-7, 11-13
Mzm 19: 2-5
Matius 9: 9-13
(9) Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. (10) Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. (11) Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (12) Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. (13) Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
DIPANGGIL DAN DIUTUS
“Aku menasihatkan kamu, , aku yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu, sebagai orang – orang yang sudah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu!” — Efesus 4: 1
YESUS – SANG JURU SELAMAT – datang bukan memanggil orang-orang benar, melainkan orang berdosa (Mat 9: 13). Yesus memanggil kita sebagai mana Ia memanggil Matius, sang rasul, yang kita peringati hari ini. Setelah memanggil Matius – yang kisahnya juga ditulis oleh Markus dan Lukas -, Yesus lalu makan bersama mereka. Dan di situlah Yesus dikecam habis-habisan oleh orang Farisi – yang menganggap diri mereka yang paling benar dalam menghayati agama-, “Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa”. Di mata orang-orang Farisi, pemungut cukai, seperti Matius (Lewi) adalah orang pengkhianat bangsa Israel. Mereka bertugas menarik bea dan cukai dari penduduk atas nama pemerintah Romawi yang menjajahnya. Dan praktek pemerasan atas rakyat oleh para pemungut cukai sering gila-gilaan. Maka mereka dibenci.
Para pemungut cukai, seperti Matius itu, keadaan jiwanya seperti kita, yakni berdosa, bukan hanya kepada sesama tetapi lebih-lebih kepada Allah sendiri. Tetapi penebusan Yesus yang wafat di Kayu salib dan berkat penebusan-Nya kita terima dalam bentuk Baptis, maka kita diampuni dan dibersihkan jiwa kita dari segala noda dan kotoran. Kita lalu diurapi oleh Roh Kudus. Kita dipanggil untuk ‘kekudusan’. Maka tepat kalau Paulus meminta kita sebagai orang yang telah dipangil agar hidup selaras dengan martabat baru kita sebagai anak-anak Allah dan murid Yesus.
Sebagaimana Matius dipanggil dan diutus, begitu juga kita semua. Sebagaimana Matius diutus untuk pewartaan penginjilan, demikian juga kita-kita ini. Dalam Baptisan kita di dalamnya terkandung benih panggilan dan perutusan mewartakan Kerajaan Allah. Dan bagi kita di sini, panggilan dan perutusan kita itu di sini dan di zaman ‘digital’ ini. Kalau di zaman Matius, masyarakat masih dalam ‘budaya tulis tangan’ –belum ada cetak-mencetak – dak kita dalam budaya ‘elektronik’. Dalam budaya ‘electronik’ inilah kita diutus untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah. Ini suatu tugas yang tidak ringan.
Sebagaimana Matius selama tiga tahun menyertai Yesus selalu di manapun Yesus pergi dan berkarya, memiliki relasi intim dengan-Nya, demikian juga kita-kita ini. Kita perlu berterima kasih kepada Rasul Matius dengan catatan Injilnya yang pertama dalam Perjanjian Baru. Perutusan lebih-lebih di zaman ‘now’ ini lebib menuntut ‘modal’ dalam diri kita: memiliki relasi pribadi dengan Yesus, selalu kontak dan berbincang dengan-Nya lewat doa-doa kita, menyambut dan merayakan sarana-sarana dan tanda keselamatan yang berujud sakramen-sakramen. Dan sebagaimana Matius sejak dipilih oleh Yesus hidup dalam komunitas para rasul yang sama-sama dipanggil dan diutus oleh Yesus. Demikian pulakita-kita ini. Yuk, mengikuti jejak Matius dan para rasul lainnya !
Doa :Bapa, ajarilah kami setya dan tekun mengenal Yesus lewat tulisan-tulisan para murid
Yesus, Putera-Mu !
Janji : Yesus berkata kepada Matius, “Ikutilah Aku! Maka berdirilah Matius lalu mengikuti Dia”
— Matius 9:9
Pujian: Sekolah (Kursus) Evangelisasi Pribadi (SEP/KEP) telah berhasil memotivasi umat di banyak Paroki di tanah air, menyadari panggilan dan perutusan mereka. Gereja di tempat itu terasa hidup dan mekar serta bergerak !