Renungan Harian – Rabu, 26 Agustus 2020

August 26, 2020
renungan harian katolik
RABU
(Hijau)
26 Agustus
2 Tes 3: 6-10, 16-18
Mazmur 128: 1-2, 4-5
Matius 23: 27-32
27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. 28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. 29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh 30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. 31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. 32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!
JADILAH TELADAN BAGI SESAMA
“Kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kalian, supaya kalian ikuti” — 2 Tesalonika 3: 9
HIDUP PARA selibriti dan olahragawan sering menjadi ‘role model’ atau idola-teladan bagi orang-orang penggemarnya. Tidak selalu teladan hidup mereka baik dan pantas dipuji, ada yang sebaliknya.
Dalam bacaan pertama hari ini, Paulus mengatakan dirinya sebagai ‘role model’ sewaktu hidup di antara umat Tesalonika. Ia jelaskan, dirinya melakukan sesuatu bukan karena harus, tetapi karena ia ingin memberi contoh kepada mereka. Paulus tak lalai bekerja dan berjerih payah, agar tak menjadi beban bagi mereka, meski Paulus sendiri mengatakan ia berhak mendapatkan rezeki dari mereka. Ia menjumpai banyak orang Tesalonika malas-malas sampai-sampai ia tegaskan, “Barang siapa tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.
Bukan hanya para selibriti dan olahragawan menjadi ‘role model’, juga para pastor dan para biarawan-biarawati, guru dan tokoh di paroki diharapkan. Perlu kita sadari, bahwa bisa saja banyak orang melihat kita dan mau mengikuti atau meniru cara hidup dan peri laku kita.
Paulus menyadari bahwa tidak bisa memberi teladan hidup dari jarak jauh. Maka ia hidup di tengah-tengah mereka. Mereka lalu bisa melihat apa yang ia lakukan dan mendengar apa yang ia katakan.
Baik tua maupun muda membutuhkan ‘role model’. Tetapi juga baik tua maupun muda bisa menjadi ‘role model’ bagi yang lain. Bagaimana ? Bila pasangan suami istri tampil di luar, segala kata-kata dan perilaku mampu mengungkapkan kasih dan keharmonisan hidup berkeluarga kepada orang sekitarnya. Bila orangtua berbicara meski tentang hal-hal yang sepele dengan anak-anaknya, orangtua tetap bisa memberi secercah gambaran Allah Bapa.
DOA : Bapa, terima kasih sekali atas pemberian orang-orang sebagai teladan yang baik sata ikuti. Tolonglah daku untuk hidup sebagai teladan bagi sesama kami.
JANJI :”Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditujukan-Nya”, — Mazmur 128: 1
PUJIAN: Ucapan salam yang mengawali surat-surat atau mengakhirinya, yang berbunyi: “Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian”(2 Tes 3:18). Atau “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan dari Tuhan kita Yesus Kristus, menyertai kamu” (2 Tes 1:2), oleh Gereja dijadikan ‘Salam’ resmi awal Liturgi Ekaristi.