Renungan Harian – Rabu, 24 Juli 2019

July 24, 2019
renungan harian katolik
24 Juli, 2019
RABU (H)
Keluaran 16:1-5, 9-15
Mzm 78:18-19, 23-28
Matius 13:1-9
(1) Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. (2) Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. (3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. (9) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”
MEMILIH YANG MANA ?
“Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan , ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan masakan roti sampai kenyang !”—Keluaran16:3
ORANG ISRAEL sudah dibebaskan dari perbudaan di Mesir. Firaun Raja Mesir,begitu menekan berat orang-orang Israel, sampai pemimpin orang Israel dipukuli karena tidak menghasilkan batu bata sebagaimana diharapkan, sedang Firaun sendiri tidak menyediakan jerami yang diperlukan untuk menghasilkan batu bata (Kel 5: 14). Firaun juga memerintahkan agar setiap bayi laki-laki Israeldilemparkan ke sungai Nil (Kel 1:22). Firaun tetap sangat berkeras hati , dan tetap menekan orang-orang Israel , meski setiap bayi sulung laki-laki dibunuh (Kel 12:29 dst).
Jelas-jelas, perbudaan di bawah Firaun waktu itu tak beda dengan neraka hidup-hidup. Toh orang Israel masih ingin kembali saja ke perbudaan itu. Mengapa mereka ingat akan makanan yang mereka santap daripada derita perbudaan.Oleh karena itu Tuhan memberikan ‘manna’ dar langit kepada mereka – “roti surgawi -santapan malaekat menjadi makanannya dan tanpa susah payah mereka –yakni roti yang mengandung segala kenikmatan dan cocok dengan seleras masing-masing” (Keb 16:20).
Tetapi, orang Israel sangat menginginkan adanya daging dalam ‘manna’ itu, maka Tuhan mengirim burung puyuh (Kel 16:13).Toh tetap saja mereka tidak puas. Bagi mereka makanan jauh lebih berharga daripada kebebasan . Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus menatakan “Tuhan mereka adalah perut mereka, kemuliaan mereka adalah aib mereka. Pikiran mereka semena-mena tertuju kepada perkara duniawi ” (Flp 3:19).
Bisa saja kita sendiri juga memilih hal-hal duniawi jauh lebih berharga daripada kemerdekaan dalam Kristus. Bila itu betul,’mari kita menyesal dan bertobat!’ “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka , Kristus telah memerdekakan kita . Karena itu berdirilah teguh,dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” !” (Gal 5:1)
Doa :Ya Bapa, perkenankan daku hidup dalam kemerdekaan – tetapi bukannya kemerdekaan pada’daging’.
Janji : “Dan sebagian lagi, jatuh di tanah yang baik lalu berbuah ,ada yang seratus kali lipat ada yang enam kali lipat”. Siapa bertelinga, hendak -lah ia mendengar”— Matius 13: 8-9
Pujian :Hari ini kita peringati Santo Sharbel Makhluf,seorang pertapa Maronit , tercatat sebagai orang suci pembuat mukjizat. Ia sangat terpengaruh oleh Santo Maron, maka Gerejanya lalu disebut Gereja Katolik Maronit. Santo Sharbel ini bernafaskan liturgi barat dan timur.