Renungan Harian – Rabu, 13 November 2019

November 13, 2019
renungan harian katolik
BERSYUKUR DALAM SEGALA HAL
13 November 2019
RABU (H)
Kebijaksanaan 6:1-11
Mazmur 82:3-4,6-7
Lukas 17:11-19
(11) Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. (12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” (14) Lalu Ia memandang mereka dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. (15) Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, (16) lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. (17) Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? (18) Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” (19) Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
“Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah, dengan suara nyaring, lau tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya” — Lukas 17: 15-16
SATU-SATU ORANG dari sepuluh orang kusta yang sembuh, dia – seorang Samaria ini- yang balik kembali kepada Yesus untuk mengucap syukur, karena telah disembuhkan. Ber-syukur–berterima kasih- adalah hal yang wajar dalam kehidupan kita, untuk menanggapi kebaikan, kemurahan Tuhan yang telah dilimpahkan kepada kita. Dalam doa, kita memuji dan memuliakan Tuhan dan memuncak pada bersyukur (KGK 1637-1638). Kalau kiya mengahdiri Misa atau Ekaristi, itulah puncak Doa Gereja yakni ‘Bersyukur’ ! Ber-Ekaristi artinya ‘Bersyukur’.
Sebagai Umat beriman , kita sangat diharapkan mengucap syukur dalam segala hal, bukan hanya sewaktu dikabulkan doa kita, seperti dalam Injil ‘disembuhkan dari kusta’. Ini berarti baik dalam keadaan bersuka maupun dalam keadaan berduka, kita tetap harus mengucap syukur:
1. Bersyukur Dalam Keadaan Bersuka
Ketika kita sedang diberkati Tuhan, mencapai prestasi tertentu dalam usaha, karya maupun dalam pendidikan, atau sembuh dari suatu penyakit yang menahun, tentu saja sangat mudah bahkan spontan seseorang bisa bersyukur kepada Tuhan karena sedang bersukacita atas apa yang dialami seperti yang dialami oleh seorang penderita kusta dalam cerita Injil hari ini. Ketika menyadari kesembuhannya, dia kembali dengan penuh rasa syukur dan dengan kasih rebah di kaki Juruselamat untuk mencurahkan rasa terima kasihnya. Sebagai bonus untuknya adalah keselamatan jiwa karena imannya kepada Yesus yang menyembuhkan. Bagaimana dengan kita…?
2. Bersyukur Dalam Keadaan Berduka
Apakah dalam keadaan berduka, misalnya saat ada anggota keluarga yang meninggal, kita dapat mengucap syukur? Tentu saja tidak mudah bagi kita untuk mengucap syukur saat kita didiagnosa dokter menderita penyakit kanker ataupun saat kita kecelakaan dan hal-hal yang buruk sedang terjadi. Tetapi bukankah semua situasi ini tercakup dalam keadaan “segala hal”. Ini memberitahu kita bahwa hal “mengucap syukur” itu sama sekali bukan persoalan perasaan tetapi persoalan “ketaatan”. Kita yang akan menerima ganjarannya ketika kita taat dan sanggup bersyukur dalam segala keadaan. Kita ingat akan Ayub yang mendapatkan cobaan yang bertubi-tubi. Ia tabah dan tetap bersyukur. “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau yang buruk?” (Ayb 2:10).
Mari kita coba bersyukur dalam segala hal, bersyukur dalam keadaan susah, apalagi dalam keadaan bersuka. Tuhan-lah yang tahu rancangan-Nya yang baik untuk masa depan kita. Bersyukur-lah dan percaya-lah ! (HS)
Doa: Bapa yang baik, tolonglah kami untuk belajar bersyukur dalam segala keadaan
Janji: “Jadi , hendaklah menginginkan serta merindukan perkataanku, maka kamu akan dididik”.—Kebijaksanaan 6: 11
Pujian: Naaman Panglima Raja Aram membenamkan diri tujuh kali ke sungai Yordan sesuai petunjuk Elisa dan sembuh dari kustanya. Ia kemudian kembali kepada Elisa untuk bersyukur, memuji, dan memuliakan Tuhan.