Renungan Harian – Rabu, 11 September 2019

September 11, 2019
renungan harian katolik
11 September 2019
RABU (Hijau)
Kolose 3:1-11
Mazmur 145:2-3,10-11,12-13ab
Lukas 6:20-26
(20) Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. (21) Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. (22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. (24) Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. (25) Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”
KEBAHAGIAAN YANG SEJATI
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. —- Kolose 3:2
SETIAP MANUSIA tentu ingin hidup bahagia, walaupun ukuran kebahagiaan itu sendiri pun bagi setiap orang pasti berbeda pula. Ada bahagia kalau memiliki banyak uang, atau rumah tangganya harmonis, dan lain sebagainya. Ukuran-ukuran itulah yang membuat orang bekerja tanpa henti atau bekerja keras dalam hidupnya, dan bahkan tidak sedikit pula orang melakukan tindakan tidak terpuji dalam hidupnya. Dan jika ia tidak menemukan kebahagian juga, maka ia mulai menggunakan cara-cara yang singkat untuk mendapatkan kebahagiaan sesaat seperti minum minuman keras dan narkotika. Itu merupakan hal realita yang kita temui dalam hidup saat ini.
Jika kita memiliki iman yang teguh dalam Tuhan Yesus, kita akan tahu mana kebahagiaan yang sesungguhnya dan mana yang bersifat sementara. Manusia seringkali memilih kebahagiaan menurut ukurannya sendiri yang berlawanan dengan kebahagiaan yang Tuhan kehendaki.
Meskipun kita memiliki segalanya, kita perlu tetap mengutamakan kasih dan senantiasa mengandalkan-Nya dalam hidup; inilah kebahagian sesungguhnya. Dan jika kita memiliki segalanya tetapi kita melupakan Tuhan dan sesama, kita akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan itu. (Ptr)
Doa: Ya Yesus…tanamkan kebahagian yang sesungguhnya dalam hatiku yang sesuai dengan apa yang Engkau ajarkan dalam firman-Mu
Janji: “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” —- Kolose 3:3
Pujian: Aku bersyukur kepada Tuhan Yesus, setelah mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi dan mengikuti Komunitas Doa, saya mulai lebih menyadari arti kebahagiaan sejati di dalam-Nya.