Renungan Harian – Rabu, 10 April 2019

April 10, 2019
renungan harian katolik
10 April 2019
RABU (Ungu)
Daniel 3:14-20,24-25,28
MT Daniel 3: 52-56
Yohanes 8:31-42
(31) Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (33) Jawab mereka: “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” (34) Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. (35) Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. (36) Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” (37) Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. (38) Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.” (39) Jawab mereka kepada-Nya: “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. (40) Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. (41) Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka: “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.” (42) Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
FIRMAN YANG MEMERDEKAKAN
“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku. Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan
kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
—- Yohanes 8:31-32
MANUSIA sering dihadapkan dengan pilihan-pilihan dalam kehidupannya. Pilihan-pilihan ini merupakan anugerah Tuhan dalam hidup manusia itu sendiri. Ada jalan yang benar ada yang tidak, ada kebaikan ada keburukan, ada kehidupan ada kematian, ada suka ada duka dan lain sebagainya. Pada dasarnya setiap orang ingin memilih yang terbaik dalam kehidupannya, sebab pilihan yang diambil tentu saja akan memengaruhi kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
Sebagai orang yang beriman kepada Tuhan Yesus, kita pasti tahu dan memahami bagaimana memilih jalan hidup yang sesuai dengan Yesus kehendaki. Tuhan menghendaki agar kita memilih jalan yang menyelamatkan dan membawa kita pada kebahagiaan. Dan tentu saja jalan keselamatan atau jalan kehidupan itu sendiri adalah Tuhan Yesus. Kita diminta untuk tetap setia dan mengikuti apa yang difirmankan-Nya sehingga kita dapat mengalami hidup yang sebenarnya yaitu hidup yang merdeka. Merdeka dari dosa, merdeka dari hawa nafsu dan kebiasaan buruk, merdeka dari keterikatan dengan roh jahat, merdeka dari kesombongan dan lain sebagainya.
Kisah tiga pemuda dalam bacaan Daniel hari ini yaitu, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bagaimana mereka mempertahankan iman mereka dalam Allah dengan menolak untuk menyembah patung walaupun mereka diancam hukuman.Mereka harus memilih hidup atau mati. Kesetiaan mereka kepada Allah itulah yang membuat Allah menyelamatkan mereka.
Tawaran untuk hidup dalam kedagingan, hawa nafsu, roh jahat memang sangat besar dalam hidup kita, akan tetapi kita mesti ingat bahwa Kuasa Tuhan Yesus jauh melebihi itu semua. Kita mesti belajar dari tiga pemuda dalam bacaan Daniel itu, yang memilih setia pada Allah, sehingga Allah memerdekakan mereka. (Pieter)
Doa: Tuhan Yesus berikan kami kekuatan untuk tetap setia pada firman-Mu, sebab firman-Mu adalah jalan kebenaran dan hidup yang memerdekakan kami.
Janji: “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.” —- Yohanes 8:36
Pujian: St. Theresa dari Calcutta, sungguh-sungguh mengimani Yesus Kristus. Ia melaksanakan semua firman-Nya, sehingga ia mau melayani orang-orang miskin yang menderita di pingiran jalan-jalan di kota Calcutta, India. Ibu Teresa hadir sebagai perpanjangan tangan Tuhan.