Renungan Harian – Minggu, 22 September 2019

September 23, 2019
 renungan harian katolik
22 September, 2019 Minggu Biasa XXV
MINGGU (H)
Am 8: 4-7
Mzm 113: 2 5
1 Tim 2: 1-8
Lukas 16: 1-13
(1) Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. (2) Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. (3) Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. (4) Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. (5) Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? (6) Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. (7) Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. (8) Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. (9) Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” (10) Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. (11) Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? (12) Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? (13) Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
BACA – DOA- BERTINDAK
“Kita akan membeli orang lemah karena uang, dan orang miskin karena sepasang sandal” — Amos 8: 6
SALAH SATU cara atau metodemerenungkan ayat suci adalah pertama membaca ayat-ayat itu, upama bacaan kutipan Amos hari ini. Kita lalu merenungkannya dalam-dalam atau ber-refleksi dan akhirnya hasil renungan itu haruslah mendorong kita untuk bertindak.
Bacaan pertama kutipan dari kitab Amos. Kitab Amos ini terdiri dari sembilan bab, termasuk pendek, tetapi isinya pedas sekali atau ‘menusuk nurani kita’. Amos melawan orang-orang yang memeras orang-orang kecil. Orang-orang kecil, orang miskin, dari dulu sampai sekarang tidak bisa menyalurkan suara mereka. Tuhan Allah lalu menjadi ‘pembelanya’. Allah adalah Tuhan atas orang-orang miskin.
Paulus menasihati Timotius agar berdoa bagi para pembesar dan penguasa negeri supaya mereka mengusahakan pemerintahannya dengan bijak dan cerdas, sehingga kita, khususnya rakyat yang masih miskin merasakan kesejahteraan hidup, yang diusahakan negara lalu dapat hidup dengan tenang dan tentram (1 Tim 8:1-2).
Meskipun Tuhan Yesus menyatakan orang miskin itu ‘bahagia’, tetapi lewat rasul Yakobus Tuhan menyatakan bahwa iman tanpa perbuatan itu adalah iman yang mati. Iman tidak cukup kita renungkan dan syukuri, tetapi iman yang kita hayati adalah iman yang mendorong kita untuk ‘bertindak’ membantu kaum miskin. Dalam hal ini rasul Yohanes juga mengingatkan kita dalam suratnya, ‘Barang siapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya yang menderita kekurangan, tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimana kasih Allah dapat tetapdalam dirinya? Anak-anak-Ku , marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau lidah , tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1 Yoh 3:17-18).
Dalam pengadilan akhir, yang menjadi tolok ukur masuk surga adalahapakah kita memiliki hati yang berpeduli terhadap yang miskin dan tersingkir ? Bisa saja guna mengetest kita Ia menyamar hadir dalam diri orang yang sakit, dalam tahanan, orang yang haus dan lapar , orang-orang yang tuna-wisma ! Dengan tegas Yesus tandaskan bahwa, “segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku”(Mat 25: 31-46).
Doa : Bapa, tolong diriku agar tidak hanya ‘ongdo’ – ngomong doang -, tetapi menjadi pelaksana firman.
Janji : “Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka” — Amos 8: 7
Pujian: Meski terlambat, umat katolik di negeri kita mulai menyadari perlunya berpeduli dan membantu umat kita yang menjadi TKI di luar negeri.