Renungan Harian – Minggu, 19 Mei 2019

May 17, 2019
renungan harian katolik
19 MEI, 2019 Minggu Paska V
MINGGU (P)
Kisah Para Rasul 14:21-27
Mazmur 45:8-13
Wahyu 21:1-5
Yohanes 13:31-35
(31) Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. (32) Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. (33) Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. (34) Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. (35) Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
PELAJARAN YANG BERAT
“Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak sengsara”! — Kisah Para Rasul 14: 22
KITA MENGENAL PERJALANAN misioner gagah perkasa dari Paulus dan Barnabas. Pada akhir perjalanan misioner yang pertama , Paulus dan Barnabas mengajar kepadapara murid mereka bahwa “ untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak sengsara” (Kisah 14:22).
Mengalami cobabaan dan penderitaan, dan nyatanya memang banyak cobaan, derita dan kesengsaraan, itu yang dikatakan Paulus dan Barnabas kepada para murid Gereja Perdana. Meskipun sebenarnya Yesus sendiri pernah bersabda bahwa Ia memberi “Kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan!” (Mat 11:30). Benar, Hidup ini adalah berat. Ini bukan gagasan dari Tuhan. Tuhan tidaklah melakukan “dosa asal”, “perkabungan atau ratap tangis ataupun dukacita” (Why 21: 4). “Maut tidak dibuat oleh Allah.
Dan Ia-pun tak bergembira karena yang hidup musnah lenyap” (Keb 1: 13). Justru sebenarnya Allah-lah yang akan menghapus semua hal-hal yang jahat itu. Karena dosa-dosa kitalah, hidup ini menjadi berat. Dan Tuhan membiarkan ini berlangsung terus. Tetapi apa saja yang keras dan berat itu bisa dipatah-patahkan oleh sesuau yang lebih keras (Ams 27:17). Tuhan bisa saja menggunakan hidup yang keras mematahkan dan membuka hati kita yang keras. Maka Tuhan mengizinkan kita unyuk belajar dengan jalan yang berat dan keras, sehingga kita dapat sampai ke pertobatan (Mrk 1: 15), dan mempersembahkan hidup kita kepada-Nya, dan tidak masuk ke dalam panas dan beratnya hukuman kekal di neraka. Dalam Ibadat Pagi, Pemazmur mengajak kita, “Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya, jangan keraskan hatimu” (Mzm 95: 7-8). Dan tanggapan kita ialah sebaiknya kita bertobat dan menyambut Sakramen Tobat. Bila hati kita begitu keras dan menolak untuk bertobat , semoga hidup yang berat dan keras memperok-perandakan kekerasan hati kita.
Dan bila kita membuka hati kita kepada Tuhan, Ia akan berbagi dengan kita dalam kerasnya penderitaan Salib-Nya (1 Ptr 4:13) guna membuka hati kita semua yangkeras.
Doa : Ya Yesus , berilah juga kepada-ku Maria, Ibu-Mu, sesaat sebelum wafat-Mu di salib (Yoh 19: 26-27). Biarkan Bunda Maria mengajar kami kenyataan yang berat dan keras sekaligus mulyanya sukacita Salib.
Janji : “Dengan demikian semua orang akan tahu, kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” — Yohanes 13:35
Pujian : “Bersukacitalah senantiasa!” (1 Tes 5:16). Puji Tuhan Yesus, “Ia telah bangkit”(Luk 24:6).