Renungan Harian – Kamis,30 Mei 2019

June 3, 2019
renungan harian katolik
30 Mei, 2019
Kisah Para Rasul 18:1-8
Mazmur 98:1-4
Yohanes 16:16-20
(16) Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku. (17) Mendengar itu beberapa dari murid-Nya berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?” (18) Maka kata mereka: “Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksud-Nya.” (19) Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: “Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? (20) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.
DUDUK DI AYUNAN ?
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan gembira, kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berumahenjadisukacita”–Yohanes 16:20
MAIN AYUNAN. Sewaktu kecil kita mengalami puluhan macam permainan kanak-kanak. Salah satunya adalah ‘Ayunan’. Sebuah papan atau tempat duduk, yang keduanya ujungnya diikat erat dengan rantai atau tali. Rantai atau tali itu menjulur ke atas diikat pada dahan pohon, balok atau besi. Anak dapat duduk pada papan. Dengan sendirinya ayunan itu bergerak. Kalau kita mau main ayunan, punggung anak yang duduk atau tempat duduknya didorong maju , lalu tempat duduk akan mengayun maju ke atas, lalu dilepas. Ayunan akan balik mengayun turun maju dan naik, lalu turun lagi. Si anak senang karena nyaman. Kita bisa mendorong punggung atau tempat duduk lebih ke atas, dan ayunan terhempas mengayun sebaliknya.
Tetapi semakin keras kita mendorong, semakin tinggi dan cepat pula ayunan itu bergerak. Dan anak yang duduk yang semua gembira, tetapi ayunan semakin tinggi dan cepat, anak itu menjadi takut dan berseru dan menjerit.
Ayunan yang berawal dengan sukacita, menggambarkan Roh Kudus yang kita percayai selalu mendamping kita , meniup ‘ayunan’ kita dan kita gembira bersukacita. Tetapi bila Roh kudus meniup dan mendorong ayunan kita semakin keras dan cepat, kita bisa menjadi ketakutan. Karena ketakutan kitalah, kita menolak angin tiupan Roh Kudus mengayunkan kita tinggi-tingggi. Roh Kudus meniup dan mengayunkan Paulus kuat-kuat sehingga ia diutus mewartakan Injil sebagai misionaris ke tempat bangsa-bangsa yang belum mengenal Allah (Kisah 18:6). Dan Saliblah merupakan dorongan kuat terakhir dari Roh Kudus mengayunkan Paulus tinggi-tinggi. Tentu kita ketakutan sekali kalau kita yang ditinggikan sampai ke salib di puncak Kalvari.
Besok pagi kita umat kristiani memulai Novena Roh Kudus. Novena Pentalosta ini memberi kita kesempatan melatih diri semakin penuh percaya dan mempercayakan diri kita kepada Roh Kudus, sebelum kita didorong dan ayunkan lebih keras dan tinggi-tinggi.
Mari kita berdoa sepenuh hati dalam menjalani Novena Roh Kudus ini.
Doa : Ya Yesus, yang ditinggikan di salib, ditinggikan dalam Kebangkitan
dan Kenaikan ke surga, tariklah diriku dekat-dekat pada-Mu !
(Yoh 12-12).
Janji : “Banyak dari orang-orang Korintus yang mendengarkan
pemberitaan Paulus menjadi [ercaya dan memberi diri mereka ,
dibaptis”— Kisah 18:8
Pujian : Dalam Ibadat Penyembuhan, Diana meminta didoakan agar otot pangkal lengan tangan kanan yang sakit memar disembuhan. Dan Yesus mendengarkan dan menyembuhkan kembali simbul otot pangkal lengan tangan kanannya dan dapat berfungsi kembali dengan normal.