Renungan Harian – Kamis, 23 Juli 2020

July 23, 2020
renungan harian katolik
KAMIS
(Hijau)
23 JULI

St. Brigitta
Yeremia 2: 1-3, 7-8, 12-13
Mazmur 36:  6 – 11
Matius 13: 10- 17

10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” 11 Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. 12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. 14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. 15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. 16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. 17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.

BOCORKAH  ?

“Mereka meninggalkan  Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali air kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor”— Yeremia 2: 13

COBA TANYA pada diri kita sendiri : Apakah hidup kita mengandung ‘air’ – air yang hidup dari kasih karunia Allah-, yakni Baptis dan Roh Kudus ?

Bisa saja pola hidup kita itu seperti ‘menggali kolam’ (Yer 2: 13). Pola hidup rohani seperti itu bisa membantu tumbuh berkembangnya iman kita, atau sebaliknya malah merongrong sampai hilangnya iman. Upama saja, kolam – atau pola hidup kita – di mana Sabda Allah kita comot serampangan saja, tidak sebagai Sabda yang penuh kuasa – biasanya hidup kita lalu tak akan lama menahan air itu. Kalau kita tidak patuh kepada Paus, ini seperti kolam yang tak akan menahan air, di tengah keadaan yang kacau dan tak menentu ini. ‘Kolam’ yang bersikap ‘pembiaran’ akan TV, tontonan tak sehat, itu seperti membiarkan adanya rembesan air keluar. Sebaliknya bila kolam yang menekankan perlunya sesering mungkin menghadiri Misa Kudus dan menyambut  Ekaristi kudus, membaca firman, umumnya menahan air agar tetap penuh, juga bila dalam situasi yang jelek.

Kolam , di mana umat katolik menghayati Sabda Allah dalam dukungan kumunitas , umumnya menahan air jauh lebih baik dari kolam-kolam yang lain. Iman mereka lebih hidup, berkembang dan berbuah.

Apakah kita sudah terbiasa membaca bahan Bacaan Misa Harian ? Apakah juga kita telah terbiasa melakukan renungan harian baik yang berbentuk tertulis ataupun digital ?

Tetapi bagaimana kalau pola hidup kita seperti kolam yang bocor ? Bisa saja, meski kita menerima air yang hidup melimpah (Yoh 7: 38), kita  cepat menjadi tulang-tulang kering. Karena pola hidup duniawi tak berubah, kita lalu memompa terus air sebanyak mungkin ke kolam. Kita hadiri ceramah-ceramah, konferensi, rekoleksi, retret, KRK, tetapi kebocoran dalam hidup kita biarkan.

Lalu ? Tutup dulu lubang-lubang baik-baik sehingga tak ada kebocoran lagi. Atau buat kolam yang baru, dengan cara bertobat secara radikal. Buang ‘manusia lama dan kenakan manusia baru’ (Ef 4:17- 31). Bangun dan mulai dengan ‘pola hidup baru’. (SW)

DOA :  Bapa, penuilah hidupku denngan Roh Kudus (Kis 2:4)  dan jagalah agar tetap penuh
JANJI : “Ya Tuhan, kasih-Mu sampai ke langit dan setia-Mu sampai ke awan”—- Mzm 36:6
PUJIAN: Sebagai ibu, Brigitta (1303-1373) hidup berkeluarga bahagia dan kecukupan; berputra empat, berputri empat. Sebagai janda yang saleh, ia terinsirasi oleh Roh Kudus untuk memulai suatu Kongregasi dengan nama Kongregasi Penebus Suci. Sebagai biarawati yang berpengaruh, ia berhasil membujuk Paus, agar Tahta Suci kembali dari pembuangannya di Avignon, Perancis ke Roma.