Renungan Harian – Kamis, 21 November 2019

November 21, 2019

renungan harian katolik

ANTARA PERGUMULAN DAN PENYERAHAN
21 November 2019
KAMIS (P)
SP Maria Dipersembahkan kepada Allah
1 Makabe 2: 15-29
Mzm 50: 1-2, 5-6, 14-15
Lukas 19: 41-44
(41) Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, (42) kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. (43) Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, (44) dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
“Wahai betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yangperlu untuk damai sejahteramu, tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu ” —Lukas 19: 43
DUA KALI saya mengalami sakit berat sampai harus ‘opname’ di rumah sakit. Yang pertama ‘pendarahan otak’ yang harus dioperasi dan yang kedua gangguan jantung disebabkan adanya penyumbatan yang mau tak mau saat itu harus dipasang ‘ring’, sampai tiga. Dalam keadaan yang menegangkan itu seperti itu sambil berbaring di ranjang rumah sakit, saya membutuhkan tiada lain ketenangan atau damai sejahtera. Saya belajar bahwa suasana damai di hati itu berada di antara dua hal yang bertentangan. Pertama, saya berusaha keras – ya budi, hati dan roh – masuk ke dalam pergumulan dengan berseru memohon kesembuhan – ‘aku akansembuh – aku tetap akan survive-. Tetapi pada saat yang sama, saya merasa ditarik ke dalam yang saya rasa semakin dekat dengan Tuhan – yang seakan-akan Dia terus berbisik – ‘serahkanlah semua – serahkanlah semua ’ !
Saat itu terus berkecamuk dalam hati memohon jamahan kesembuhan dari Tuhan, tetapi sekaligus saya bisa merasakan penyerahan total, apapun yang akan terjadi, saya terima dengan terbuka: sampai detik itu saya boleh hidup dan melayani, saya katakan ‘ok’. Saya boleh sembuh, tetapi cacad, saya ‘mengangguk’. Tetapi Tuhan memberikan kesembuhan dengan mengabulkan doa ratus orang, dan mungkin lebih, dari keluarga dan teman serta sahabat dan umat, darimereka-mereka yang datang menjenguk dan berdoa, yang menjaga di malam hari, bagi saya yang terkapar tak berdaya di suatu kamar di rumah sakit. Dan saya akhirnya ‘survive’. Puji Tuhan.
Yang aneh dari segalanya itu ialah justru di dalam ketegangan dua kutub , yakni bergumul dan menyerah , saya menemukan ketenangan, damai dan harapan serta menemukan Tuhan yang mahasetia.
Doa : Ya Yesus, perkenankan aku melihat dan mengalami damai dan ketenangan yang hanya Engkau yang bisa memberi.
Janji : “ Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, maka Aku akanmeluputkan engkau ,dan engkau akan memuliakan Daku!” — Mazmur 50: 15
Pujian: Dalam Temu Kelompok PD, Rahayu berbagi pengalamannya dalam hal doa untuk pertama kali. Sebelumnya ia hanya sebagai pendengar saja. Ia merasa senang, akhirnyaia berani berparsipasi