Renungan Harian – Kamis, 01 Agustus 2019

August 1, 2019
renungan harian katolik
1 Agustus 2019
KAMIS (Putih)
Keluaran 40:16-21.34-38
Mazmur 84:3-6a.8a.11
Matius 13:47-53
(47) Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. (48) Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. (49) Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, (50) lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. (51) Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka menjawab: “Ya, kami mengerti.” (52) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” (53) Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.
DITANGKAP DAN DIPISAHKAN
“Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai, lalu duduklahmereka dan mengumpulkan ikan yang bain ke dalam pasu danikan yang tidak baik mereka buang” — Matius 13:48
PUKAT MERUPAKAN jala besar berbentuk segi empat, dan pada setiap sudutnya diberi pemberat sehingga ia tergantung, tegak di dalam air. Ketika kapal mulai bergerak,pukat ditarik dan membentuk kerucut besar sehingga segala jenis ikan terjerat ke dalamnya. Sifat pukat tarik tidak dapat memilah-milah; ia menjaring segala macam benda dari dalam air, sehingga hasilnya sangat beragam.
Gereja bagaikan sebuah pukat seperti yang dipakai oleh para nelayan untuk mencari ikan di laut. Gereja, yang merupakan alat Kerajaan Allah di dunia, tidak boleh pilih kasih.Gereja harus bersifat terbuka bagi siapapun, Gereja tidak boleh membeda-bedakan, tetapi harus menerima segala sifat manusia, orang baik atau orang jahat, yang berguna dan yang tak berguna, orang yang penuh pengabdian atau orang yang hanya memikirkan diri sendiri, orang yang murah hati maupun orang yang pelit. Jadi kalau di Gereja kita menemui orang semacam ini, kita tidak usah pusing atau bingung. Yesus menegaskan inilah kenyataan hidup yang harus kita hadapi.
Bagaimanakah seharusnya reaksiku terhadap orang-orang seiman yang tampaknya hidup dengan satu kaki di dalam Gereja, sedangkan kaki lain di luar Gereja?
Tugas kita adalah melakukan yang benar dan mengumpulkan semua orang yang mau datang, dan bukannya menghakimi atau memisahkan, melainkan menyerahkan penghakiman akhir kepada Allah, karena pemisahan ini bukanlah pekerjaan manusia,melainkan pekerjaan Allah. (PIN).
Doa: Allah, Bapa kami yang penuh kasih, ajarlah aku agar dapat melaksanakan hukum kasih, berlaku adil dengan tidak membeda-bedakan orang-orang dan tidak menghakimi orang lain.
Janji: Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau —- Mazmur 84:5
Pujian: St Alfonsus Maria de Liguori, yang kita perigati hari ini, orang yang sangat cerdas , meraih gelar Doktor pada usia 16 tahun, dan pada usia 21 tahun sudah memiliki praktek hukum sendiri, dan menjadi salah satu pengacara terkemuka di Naples, Itali. Tetapi suatu kesalahan di pengadilan membuât hidupnya berubah, sehingga ia menjadi imam dan ditahbiskan pada usia 29 tahun. St Alfonsus menjadi seorang imam yang memberikan pengarahan rohani yang bijaksana dan membawa damai melalui sakramen rekonsiliasi