Renungan Harian – Jumat, 14 Agustus 2020

August 15, 2020
renungan harian katolik
JUMAT
(Merah)
14 AGUSTUS
S. Maximilianus Maria Kolbe
Yehezkiel 16:1-15, 60, 63
Yesaya 12:2-3, 4bcd, 5-6
Matius 19:3-12
3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” 4 Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? 5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” 7 Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?” 8 Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. 9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” 10 Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.” 11 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. 12 Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”
MERAWAT ANUGERAH ALLAH DALAM HIDUP BERKELUARGA
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” —- Matius 19:6
DEWASA INI, jumlah kasus perceraian yang terjadi di negara kita semakin meningkat. Dan ini berimbas juga ke dalam Gereja kita.
Keluarga-keluarga Katolik dewasa ini juga sangat rentan dengan terjadinya perpisahan dan perceraian dalam kehidupan keluarga mereka. Hal ini bisa disebabkan nilai-nilai perkawinan telah bergeser dari kesatuan dari visi Tuhan menjadi kecocokan dari visi manusia. Dari hidup bersama dalam suka dan duka menjadi hidup dalam kesenangan dan kenyamanan. Inilah fakta yang terjadi di lapangan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pernikahan adalah inisiatif Allah. Dengan kata lain, pernikahan hanya bisa terjadi jika ada rencana Allah untuk mempersatukan kedua orang yang akan saling menerimakan Sakramen Pernikahan untuk hidup bersama membangun suatu keluarga. Dan ketika pernikahan terjadi, di hadapan Allah, kedua orang tersebut telah dianggap menjadi satu, dan tidak boleh ada yang menceraikan apa yang telah dipersatukan oleh Allah.
Yesus menegaskan kepada kita bahwa perkawinan adalah suatu peristiwa sakral, yakni Allah hadir dalam hidup berkeluarga. Ikatan perkawinan Katolik itu adalah bukan semata perjanjian duniawi dari pasangan yang menikah, namun Allah memegang peranan penentu dari sebuah ikatan perkawinan, artinya Allah-lah yang mempersatukan maka ikatan suci itu tidak boleh diceraikan oleh siapa pun.
Keluarga yang bahagia bukan saja keluarga yang mengalami kebahagiaan dalam hidupnya, tetapi juga yang telah mengalami jatuh bangun dan mampu mempertahankan keluarga mereka dengan kasih antara mereka dengan Tuhan serta kasih di antara mereka. Rentannya perkawinan berujung pada perceraian terjadi karena perkawinan mereka tidak didasari akan cinta kepada Allah dan sesama. Cinta yang ada lebih berlandaskan pada sifat ‘ego’ semata dari masing-masing pihak.
Warga Katolik siap-nikah di KAJ lewat dulu ‘Temu Discovery’ , menemukan kecocokan atau tidak dalam kepribadian, baru boleh ikut ‘week-end MRT’ (Membangun Rumah Tangga). Di situ pasangan diharapkan bisa memahami akan landasan dan makna hidup berkeluarga katolik sebagaimana yang ditegaskan oleh Tuhan Yesus sendiri. (JRS)
DOA : Tuhan, mampukan kami untuk semakin dapat memahami makna panggilan hidup berkeluarga serta mampu meneladani hidup keluarga Kudus Nazaret.
JANJI:“Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja.”— Mat 19:11
PUJIAN: Maximillian Kolbe, seorang yang menjalani panggilan Allah sebagai pastor gembala umat. Ia relakan dirinya menjadi pengganti seseorang kepala keluarga terpidana ,yang masih harus bertanggung jawab atas hidup istri dan anaknya.