RAJA

November 22, 2020

Romo Albertus Herwanta, O. Carm.

Dahulu ada beberapa raja yang dikatakan memiliki kekuasaan absolut. Tentu itu tidak seluruhnya benar dan ujung-ujungnya relatif juga. Artinya, raja itu berkuasa penuh hanya di wilayahnya yang terbatas. Untuk mempertahankan wilayah itu dia memerlukan pasukan sebagai kepanjangan tangannya.

Dua fakta itu menegaskan bahwa kekuasaan raja itu hanya “absolut” dan suatu saat berakhir. Karena diwarnai keterbatasan wilayah dan waktu, kekuasaan itu tidak lagi absolut. Hanya relatif.

Berbeda dari Raja Semesta Alam yang pada hari Minggu terakhir siklus liturgi Gereja dirayakan. Kristus itu benar-benar memiliki kekuasaan yang absolut, karena menguasai awal dan akhir. Dialah Sang Alfa dan Omega; raja baru yang sekaligus lama. Yang dahulu, kini dan pada masa yang akan datang senantiasa ada.

Dalam warta gembiranya kepada Maria, malaikat Gabriel berkata tentang Sang Raja itu bahwa Dia akan meraja selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak berkesudahan (Luk 1: 33). Karena sifat Kerajaan-Nya yang demikian, Dia tidak takut dan tanpa pasukan pengawal di sekitar-Nya.

Sebagai Raja, Dia menunjukkan martabat yang berbeda dari raja-raja lainnya. Pertama, Dia itu “gembala” yang amat mencintai dan  memerhatikan semua “domba-Nya.” Baik yang tersesat maupun yang lurus keduanya diurus. Yang kurus diberi makan dan yang gemuk dijaga. Karena mengenal mereka semua secara baik dan utuh, Dia itu  “non-discriminatory” dan “non-judgemental” atau tidak semena-mena (Yeh 34: 15-17).

Kedua, ketika datang ke dunia Dia tidak menghakimi. Misi utama kedatangan-Nya adalah melakukan kehendak Allah,  menyelamatkan manusia. Pada akhir zaman Dia akan memisahkan “domba” (orang benar) dari “kambing” (orang jahat) serta memasukkan mereka ke tempat yang telah disediakan  bagi mereka (Mat 25: 31-46).

Ketiga, kekuasaan-Nya yang besar dan terbatas tidak membuat-Nya jumawa dan semena-mena. Sebaliknya, membuat-Nya tetap lemah lembut dan rendah hati (Mat 11: 29). Bahkan Dia mengosongkan Diri dan sebagai manusia rela mati di kayu salib (Flp. 2: 6-8). Dia menyamakan Diri-Nya dengan manusia yang paling hina, miskin, lemah dan disingkirkan (Mat 25: 40.45). Karena itulah, Dia diangkat ke tempat paling tinggi dan menjadi raja atas kematian dan kehidupan.

Martabat-Nya itu menampakkan bahwa Dia adalah sejati dan kekal. Kekuasaan-Nya absolut dan berlaku sepanjang masa di seluruh alam semesta. Karena itu, Dia disebut Raja Semesta Alam.

Malang, 22  November 2020

HR Kristus Raja Semesta Alam