Pikiran yang Tangguh atau Pikiran yang Berkeliaran

July 23, 2020
Pada tahun 2013 saya menderita sakit yang berhubungan dengan prostat dan harus dirawat di rumah sakit dalam waktu cukup lama. Saya sangat tersiksa dengan penyakit tersebut, apalagi harus dipasang kateter untuk membuang air kecil. Pikiran saya mulai bertanya-tanya dan berkeliaran ke mana-mana  : “Mengapa penyakit ini belum pergi ?. Pikiran itu membuat kondisi saya semakin buruk. Saya semakin putus asa. Namun demikian, ketika saya memilih pikiran yang sesuai dengan kehendak Allah, keadaan saya semakin membaik. Pikiran dari Allah tersebut berbunyi seperti ini  : “Sakit saya ini membuat saya tidak nyaman, tetapi ada berjuta-juta manusia  yang sakitnya lebih parah daripada saya dan keadaannya jauh lebih buruk daripada keadaan saya. Penyakit saya ini pasti akan pergi. Penyakit saya memang tidak hilang secara sempurna, tetapi keadaan saya sekarang lebih baik daripada seminggu sebelumnya. Saya percaya bahwa kuasa penyembuhan Allah saat ini sedang bekerja dalam diri saya. Saya pasti akan lebih baik dan akhirnya sembuh”. Saya memang mendapatkan anugerah kesembuhan dari Allah.
Pikiran yang kuatir, bertanya-tanya (penasaran), dan berkeliaran berhubungan satu sama lain. Ketika kita kuatir, pikiran kita berkeliaran ke masa lampau, sekarang, dan masa depan, serta bertanya-tanya (penasaran)  tentang apa yang akan terjadi dalam diri kita. Pikiran yang dipenuhi dengan kekuatiran, penasaran, dan berkeliaran akan membuat kita kehilangan kedamaian.
Allah menghendaki kita memfokuskan pikiran kita terhadap apa yang sedang kita lakukan. Hal itu tidak berarti bahwa kita tidak perlu belajar dari masa silam atau kita tidak usah merencanakan masa depan kita.  Yang dimaksudkan di sini adalah kita hendaknya melakukan sesuatu dengan tujuan dan bukannya mengikuti pikiran yang berkeliaran. Pikiran yang berkeliaran membuat kita tidak pernah fokus terhadap apapun. Pikiran yang fokus, terutama pikiran yang terfokus pada Allah akan membuahkan kedamaian yang sempurna : “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya” (Yesaya 26 : 3).
Damai di dalam hati dimulai dari sebuah pikiran yang kita pilih. Pikiran kita itu berhubungan dengan setiap perasaan yang kita miliki dan tindakan yang kita ambil.  Pikiran yang membawa damai   adalah pikiran  dari Allah yang membisikkan kata-kata lembut : “Allah mengasihimu. Ia akan memelihara masa depanmu. Ia pasti memberikan kepadamu kekuatan dan kemampuan untuk melakukan  apa yang harus engkau kerjakan”.
Agar pikiran dari Allah itu tertanam kuat  dalam pikiran kita, pertama-tama kita harus melatihnya dengan kesabaran dan memohon bantuan-Nya. Kedua adalah kita tidak mengutuk diri kita sendiri ketika kita mengalami kegagalan, tetapi terus berusaha sampai kita berhasil.  Allah akan menepati janji-Nya bagi kita yang sabar, yaitu menyelamatkan kita   : “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” ( Roma 10 : 35).
Sebagai kesimpulan dari pembahasan kita: Pikiran dari Allah adalah pikiran yang senantiasa positif terhadap apapun yang terjadi, bahkan ketika hidup kita sedang berada dalam situasi yang sangat gelap. Tanpa kegelapan malam, kita tidak dapat melihat indahnya  bintang-bintang di langit. 
Salam Tangguh