MURNI

December 23, 2020

Oleh RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Manusia mendambakan semua yang murni. Dalam hal yang paling mendasar dan hakiki dia menuntut yang murni. Bukankah tidak seorang mau menerima cinta yang palsu?

Mengapa orang menginginkan yang serba murni? Karena murni itu mengandung kekayaan yang mendalam dan luas. Murni itu bisa berarti bersih; tanpa kontaminasi. Di dalamnya ada kebebasan; bebas dari dosa atau segala yang buruk dan jahat. Suci. Orang yang murni biasanya mencintai dan suka damai. Hati nurani juga perlu dijaga agar tetap murni.

Kedatangan Tuhan pun menuntut para penyambut-Nya bersifat murni. Bukan manusia yang memurnikan dirinya, tetapi Allah sendiri. “Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang tetap dapat berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN” (Mal 3:1.2-3).

Pada peristiwa kelahiran dan penamaan anaknya, Zakaria juga mengalami pemurnian. Dia yang sebelumnya tidak percaya bahwa isterinya, Elisabet, akan melahirkan menjadi bisu. Tatkala anaknya, Yohanes, diberi nama, terlepaslah ikatan lidahnya. Dia bisa berbicara kembali dan memuliakan Tuhan (Luk 1: 63-64).

Baik nubuat Maleakhi maupun Injil Lukas menyajikan proses pemurnian. Tuhan memurnikan manusia dari segala dosanya agar pantas menyambut kedatangan-Nya. Tuhan juga memurnikan Zakaria dari keraguannya terhadap karya Tuhan yang memenuhi janji-Nya.

Pada hari-hari terakhir menantikan kedatangan Tuhan, orang lagi-lagi diajak bertobat. Beberapa paroki atau keuskupan mengadakan ibadat tobat dan memberikan absolusi atau pengampunan dosa secara umum. Ini dilakukan karena masa pandemi. Biasanya pengampunannya bersifat pribadi.

Dalam ibadat dan sikap tobat itu manusia datang kepada Tuhan supaya dimurnikan. Bukan manusia yang membersihkan diri dari dosa. Dia tidak mampu melakukannya. Tuhanlah yang datang dan membersihkan manusia dari dosanya.

Demikianlah prosesnya. Tuhan yang selalu memurnikan manusia. Yang diperlukan dari manusia adalah sikap terbuka (budi, hati dan seluruh pribadi) untuk datang dan dimurnikan. Menyakitkan, karena prosesnya seperti emas dimurnikan dengan api. Namun hasilnya sangat dicari-cari. Bukankah orang ingin memperoleh emas yang murni?

Hong Kong, 23 Desember 2020