Orang Merdeka

May 8, 2021


“Kita mesti membiasakan yang benar; bukan membenarkan yang sudah biasa,” demikian kata Gibran dalam suatu kesempatan. Konteks kata-kata walikota Solo itu adalah upaya membenahi layanan publik dari aparat pemerintah yang tidak bersih dari tradisi korupsi.

Terobosannya mengundang reaksi pro dan kontra. Yang pro mendukung upaya membangun birokrat yang bersih dan benar. Sementara yang kontra ingin melanjutkan kebiasaan turun-temurun yang keliru. Kelompok kedua ini berusaha menghambat usaha menempuh jalan yang benar.

Di hadapan kebenaran, kejahatan selalu tidak krasan. Gerah dan mau membenci. Sang Guru Kebenaran bersabda kepada para murid-Nya,”Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yoh 15: 18-19). Dalam Injil Yohanes, dunia sering menggambarkan dosa dan kuasa jahatnya. Kejahatan selalu membenci orang baik dan benar. Para pengikut jalan kebenaran mesti menghadapinya.

Sang Guru juga menegaskan “Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu” (Yoh 15: 20). Para murid akan menghadapi penganiayaan juga. Namun yang mereka alami tidak lebih berat dari yang dialami Sang Guru. Seperti Gurunya mereka akan mengalahkan dunia, karena mereka tetap berada dalam perlindungan-Nya.

Lagi pula, penganiayaan atas mereka dilakukan karena menyandang nama Gurunya. Seperti Gurunya lolos dari semua kekuatan jahat dengan bangkit dari antara orang mati, demikian pun para murid-Nya Dia bebaskan.

Sebaliknya, mereka yang menempuh jalan menyimpang merasa gamang; dikuasai rasa takut. Untuk menutupi perasaan itu, mereka menyerang, memfitnah dan menyebarkan kabar bohong. Pendukung jalan salah selalu gelisah. Sedang para pengikut jalan Sang Guru Kebenaran mengalami ketenangan; meski kadang disertai penganiayaan. Hidup mereka diwarnai sukacita, karena mereka itu orang merdeka.

Sabtu, 8 Mei 2021
RP Albetus Herwanta, O. Carm.