Mencintai dengan SELURUH JIWA

November 3, 2021

Oleh Romo John Kota Sando Pr

Anang Hermansyah dalam lirik lagunya “Separuh Jiwa Pergi” mengatakan: ” Benar kumencintaimu. Tapi tak begini. Kau khianati, kau curangi aku, kau dustai aku”. Itulah yang terjadi jika kesejatian, ketotalan dan kemurnian cinta itu tidak ada di hati seseorang. Semuanya pasti akan penuh dengan pengkhianatan, kecurangan dan dusta. Kesejatian, kemurnian dan ketotalan sangat diperlukan untuk membangun sebuah hubungan agar tetap harmonis dan bertahan dalam situasi apapun. Mencintai Tuhan dan sesama jangan sampai “separuh jiwa” tetapi harus “seutuh jiwa”. Itulah kesejatian, kemurnian dan ketotalan cinta yang sesungguhnya.

Dietrich Bonhoeffer seorang teolog Lutheran Jerman dalam bukunya “The Cost of Discipleship” (Harga sebuah kemuridan) mengatakan bahwa ada harga yang harus dibayar dalam mengikuti Yesus. Harga itu harus dibayar dengan kesejatian, ketotalan dan kemurnian cinta kita kepadaNya. Kalau kita memahami secara harafiah ucapan Yesus dalam bacaan Injil hari ini tentulah sangat berat. Ekspektasi (harapan) Yesus terhadap kita sebagai muridNya sangat menantang iman kita, yakni mencintai Dia di atas segalanya. Yesus menuntut agar kasih dan kesetiaan kita kepadaNya lebih besar dari setiap hubungan kasih sayang yang lain, sekalipun kepada keluarga sendiri. Yesus meminta kita untuk mengorbankan seluruh harta milik demi kasih kita kepadaNya. Tentu Yesus tak bermaksud seperti itu bahwa kita harus mengorbankan relasia kemanusiaan dan kekeluargaan kita atau mengorbankan seluruh harta milik kita demi kasih kita kepadaNya. Yesus hanya menggunakan pendekatan negatif dengan gaya bahasa hiperbol (berlebihan) untuk menantang dan menguji kesejatian, ketotalan dan kemurnian iman kita.

Yesus hendak menyadarkan kita bahwa kesejatian, ketotalan dan kemurnian cinta kepadaNya akan mendatangkan berkat bagi diri kita, keluarga dan sesama kita, dan mendorong kita untuk menggunakan harta milik kita untuk berbagi dan membahagiakan sesama kita. Mari kita berefleksi, sudahkah kita menjadi murid Yesus yang sejati, total dan murni? Ada 3 syarat utama dalam mengikuti dan menjadi murid Yesus: 1. Mengasihi Dia nomor satu lebih dari segalanya. 2. Rela menderita dan berkorban serta terus-menerus mengikuti Dia. 3. Memberikan seluruh hidup kita kepadaNya sampai akhir. Yakinlah, tak ada satupun yang sia-sia dan merugikan dalam mengikuti Yesus. Mari kita meresapkan dalam hati kata-kata Rasul Paulus ini: “Hidup bagiku adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan” (Fil.1:21).

Salve dan Berkat Tuhan.
Jayapura, 03 November 2021.